4. Menjelaskan hubbun-dun-ya, hasad, takabur/ujub, riya’
A. Hubbudunya.
Pengertian ; Hu bbu ad-Duny berarti cinta dunia, yaitu menganggap harta
benda adalah segalanya. Penyakit Hubbu ad-Duny (cinta pada dunia)
berawal dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang salah bahwa
dunia ini adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan.
Ciri-ciri Hubbud-dun-ya
1) Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana mencapai kebahagiaan akhirat
2) Suka mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan halal dan haramnya Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke
dalam kubur. (QS. At-Taksur [102] : 1-2)
3) Kikir, tidak rela sediki pun hartanya lepas atau berkurang. Jangankan
untuk sedekah, zakat yang memang wajib saja ia tidak mau. Pada
puncaknya ia juga akan kikir kepada dirinya, sehingga ketika dia sakit
tidak mau berobat karena khawatir hartanya berkurang
4) Serakah dan rakus serta tamak. Ia tidak puas dengan apa yang telah ia
miliki sehingga ia akan berusaha menambah perbendaharaan hartanya
5) Tidak mensyukuri nikmat yang sedikit. Maunya nikmat-nikmat yang besar, banyak dan melimpah.
Bahaya Hubbu ad-Dunya
1) Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah, misalnya, shalat, puasa dan
sedekah.
2) Jika seorang telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan menjadi lemah, iblis akan membolak-
balikan hatinya bagaikan seorang anak
kecil mempermainkan bola. Karena orang yang mabuk
karena cinta
dunia tidak akan sadar kecuali setelah berada di dalam kubur.
3) Cinta dunia merupakan sumber segala kesalahan karena cinta dunia,
sering mengakibatkan
seseorang cinta terhadap harta benda dan di
dalam harta benda terdapat banyak penyakit.
4) Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati.
Ada yang menjadi
sombong, dengki, serakah dan cenderung melelahkan
diri sendiri memikirkan yang tidak ada. Makin
cinta pada dunia, akan
makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia
yang
diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang
malam mengejar dunia untuk
kepentingan dirinya
Cara menghindari hubbu ad-dun-ya
1. Mengingat kehidupan di dunia itu hanya sementara.
2. Perbanyak mengingat kematian. (QS. Ali Imran [3] : 185)
3. Meyakini dan menyadari bahwa setiap tindakan kita direkam oleh
anggota badan kita, yang nanti di
hari akhir, ; tangan, kaki, lidah kita akan bersaksi di depan Allah (QS. Fushshilat [41] : 20 - 22)
4. Qana’ah, yaitu rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang
dimiliki, serta menjauhkan diri dari
sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan.
5. Zikir, merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan hati dan meraih kehadiran Ilahi.
6 Kuatnya iman seseorang dan menerapkan muraqabah. Meyakini bahwa Allah selalu melihat kita,
7. Pengabdian penuh khidmat, yaitu saat-saat beribadah, kita lakukan
dengan cara tulus ikhlas sepenuh
hati kepada-Nya.
8. Sadar bahwa dunia dan seisinya adalah amanah Allah. Semua akan
dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah di akhirat. Semakin tinggi
jabatan, kedudukan, dan semakin banyak nikmat yang
diterima
seseorang di dunia, maka semakin berat pula tanggung jawabnya di
akhirat.
9. Oleh sebab itu, jangan pernah “kecukupan” atau kekurangan “dunia”
ini merusak hati kita. Jika
berkecukupan, jangan sampai kecukupan
kita menjadikan kita sombong, dan jika kekurangan, maka
jangan
sampai kekurangan kita itu, membuat kita jadi kurang mensyukuri
nikmat Allah, banyak
mengeluh dan minder
B. Hasad
Pengertian
Hasad berarti dengki maksudnya suatu sikap atau perbuatan yang
mencerminkan rasa marah, tidak suka karena rasa iri. Orang yang hasut
menginginkan kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berharap
supaya berpindah kepadanya. Ia juga tidak suka jika ada orang lain yang
menyamainya baik dalam hal prestasi maupun materi.
Bahaya Hasad
1. Larangan melakukan hasad disebabkan karena mengandung beberapa efek
negatif, di antaranya:
2.Hasad adalah salah satu sifat Iblis karena Iblis tidak mau melaksanakan perintah Allah untuk sujud
kepada Adam A.s. Sifat dengki tidak
bermanfaat bagi orang yang dengki karena dengki akan merusak
amal
kebaikan, sama halnya pendengki selalu gelisah dan tidak senang
karena hatinya tidak rela jika
melihat orang lain mendapat kenikmatan.
Setiap kali ada orang mendapat kenikmatan ia gelisah dan
menderita
batin;
“ Jauhilah olehmu sifat dengki, sesungguhnya dengki itu akan memakan
kebajikan sebagaimana api
memakan kayu bakar “ (HR. Ab Dud)
2. Di samping itu hasad juga merusak tatanan masyarakat. Hasad
merusak pergaulan menjadi tidak
harmonis dan tidak tulus. Hasad akan memunculkan rasa curiga mencurigai. Hasad juga kerap kali
menimbulkan fitnah di tengah-tengah masyarakat;
3. Mengarah kepada perbuatan maksiat. Dengan berlaku hasad secara
otomatis seseorang pasti
melakukan pula hal-hal seperti ghibah,
mengumpat, dan berdusta;
4. Sikap hasad juga bisa mengarah kepada sik, misalnya ingin
mencelakakan orang bahkan bisa
berujung pada kejahatan pembunuhan;
5. Menjerumuskan pelakunya masuk ke neraka;
6. Menyakiti hati orang lain;
7. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat;
8. Mematikan hati, menyebabkan pelakunya tidak memahami hukum dan ketentuan Allah;
9. Membuat dirinya hina di hadapan Allah dan di hadapan sesama.
Cara Mengobati Penyakit Hasad
1. Menanamkan kesadaran bahwa sifat dengki akan membuat seseorang
menderita batin;
2. Menumbuhkan kesadaran bahwa akibat dari dengki itu adalah
permusuhan dan permusuhan akan
membawa petaka
3. Kita saling mengingatkan dan saling menasehati
4. Bersikap realistis melihat kenyataan
5. Mempunyai pendirian dan tidak mudah terprovokasi
6. Senantiasa ingat pada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya agar terhindar dari bisikan
syetan.
Takabur-Ujub
Pengertian Takabur-Ujub
Secara bahasa (etimologi), ‘Ujub, berasal dari kata “’ajaba”,
yang artinya “kagum, terheran-heran, takjub. Al-I’jabu bin Nafsi berarti kagum pada diri sendiri. Sedangkan takabur
berarti “sombong” atau “berusaha menampakkan keagungan diri”. Dalam
kitab lisanul Arab, antara lain disebutkan bahwa at-takabur wal istikbar
berarti at-ta’azzhum (sombong/ Kibr).
Secara istilah dapat kita pahami bahwa ‘ujub yaitu suatu sikap
membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu
berlebihan kepada kemampuan diri.
Penyebab Takabur-ujub
1) Ujub dan takabur karena kelebihan sik, misalnya tampan, cantik dan kuat. Ia merasa bahwa siknya lebih hebat, lebih cantik atau lebih
tampan dan kuat daripada yang lainnya. Ditambah dengan suaranya
yang lebih merdu. lantas ia takabur dan merendahkan yang lainnya.]
2) Ujub dan takabur karena kekuatan siknya dalam melawan musuh.
Ia takabur dan sesumbar bahwa tidak akan ada orang yang dapat
mengalahkan Dia. Ini adalah sikap yang keliru, karena akan
menghilangkan kewaspadaannya. Ia akan lemah karena menganggap
enteng lawan.
3) Ujub dan takabur karena ilmu, akal dan kecerdikannya dalam
memahami ilmu-ilmu agama dan juga urusan-urusan keduniaannya.
Umumnya orang yang demikian itu merasa dan menggap dirinya
paling pintar dan merasa bahwa pendapatnya paling benar.
4) Ujub dan takabur karena keturunan. Artinya sombong dirinya,
karena ia merasa dirinya turunan ningrat atau bangsawan. Biasanya
orang yang demikian itu menganggap bahwa dirinyalah yang harus
dihormati dan di muliakan. Ia harus di perioritaskan dalam segala hal.
ia selalu mebayangkan bahwa orang yang ada di sekitarnya itu adalah
pembantunya.
5) Ujub dan takabur karena banyak anaknya yang dapat diandalkan,
banyak keponakan dan anggota lainnya yang sukses, banyak temannya
yang mempunyai kedudukan tinggi dan lain sebagainya. Semuanya
dibangga-banggakan secara berlebihan sampai takabur dan sombong.
6) Ujub dan takabur karena harta yang berlimpah ruah. Ia sombong,
takabur, dan riya dengan hartanya itu. Seolah-olah dia saja yang yang
kaya. Ia suka bercerita dan pamer tentang hartanya yang melimpah
dan terdapat di mana-mana. Termasuk ketika ia berbuat baik dengan
hartanya misalnya zakat dan sedekah ia lakukan bukan karena Allah
tetapi karena pamer atau riya’.
Bahaya Takabur-Ujub
1). ‘Ujub menyebabkan timbulnya rasa sombong (takabur), sebab memang ‘ujub itulah yang menyebabkan salah satu dari berbagai seba kesombongan timbul. Dari ‘ujub maka muncullah ketakaburan.
2). Bila seseorang sudah dihinggapi penyakit ‘ujub dan takabur, ia lupa
pada bahaya-bahaya ‘ujub dan takabur itu sendiri, ia sudah tertipu oleh
perasaan, dan pendapatnya sendiri. Ia merasa apa yang datang dari dirinya sendiri semua serba hebat dan agung.
3). Karena ‘ujub dan takabur membuat seseorang kurang sadar terhadap kedudukan dirinya, ia akan memuji-muji dirinya, menyanjung dirinya
sendiri dan menganggap suci dirinya serta bersih dari segala kesalahan
dan dosa.
4). Seorang yang ‘ujub dan takabur tidak mau belajar kepada orang lain,
sebab ia sudah merasa amat pandai. Ia tidak suka bertanya kepada
siapapun juga, karena merasa malu, khawatir dianggap bodoh.
5). Orang yang memiliki sikap ujub dan takabur jika usahanya gagal,
orang ini akan melemparkan kesalahan pada orang lain, rekan atau
bawahannya.
6). Orangyangsombongdantakaburakanbanggadangembirakalausegala
sesuatu itu timbul dari gagasannya dan suka sekali mempopulerkan apa-
apa yang ada pada dirinya, sebaliknya tidak suka kepada kemashuran
yang dicapai oleh apa-apa yang digagas oleh orang lain.
7).Membatalkan pahala. Seseorang yang merasa ujub dengan amal
kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-
sia. Karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun
kecuali dengan ikhlas karena-Nya.
8). Menyebabkan orang lain membenci pelakunya. Pada umumnya, orang
tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri
sendiri dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ujub tidak akan
banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan
terpandang kedudukannya
7) Ujub dan takabur adalah gambaran kejiwaan yang sangat berlebih-
lebihan, saat seseorang menganggap dirinya paling hebat dibandingkan
yang lainnya. Ia merasa paling pintar, paling gagah, paling kaya, paling
berkuasa, paling dominan dan sebagainya. Pokoknya ia merasa orang
super dalam segala hal, yang akhirnya memicu sifat arogansi dalam
dirinya, menghina dan melecehkan orang lain
8. Akibat buruk dari ujub dan takabur ialah hilangnya rasa saling hormat
menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya, menanamkan
kebencian.
CaraMenghindariTakabur-Ujub
1) Kita harus memiliki sifat percaya diri tetapi jika sudah
memasuki ketakaburan dan menganggap rendah terhadap yang lain,
inilah yang dikatakan ujub yang di larang agama. Hal tersebut harus
dihindari dengan cara bahwa kita harus percaya diri tetapi ingat bahwa
kita tetap punya sisi lemah. Orang lain juga mempunyai potensi dan
kita harus menghargai potensi tersebut. Ada pepatah yang mengatakan
bahwa di atas langit masih ada langit.
2) Kita harus ingat dan sadar, bahwa dalam sejarah, orang yang ujub, takabur
dengan kekuatannya, maka Allah yang akan menghancurkannya, karea
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.
3) Kita juga harus sadar bahwa ilmu yang kita miliki sangatlah sedikit
dibandingkan dengan ilmu Allah Swt. Bakhan sesungguhnya ilmu kita
lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang sekitar kita. Kita hanya
paham sesuatu yang pernah kita lihat, kita baca dan kita dengarkan,
selebihnya kita tidak mengerti. Hal tersebut seperti pengakuan para
malaikat.
4) Kita harus sadar bahwa sik yang gagah, wajah yang tampan rupawan,
cantik jelita adalah anugrah Allah dan sifatnya sementara, yaitu ketika
masih usia muda. Hal tersebut juga merupakan ukuran kemulianeseorang di hadapan Allah Swt. Karena yang menentukan kemulianadalah ketakwaannya.
5) Kita juga harus ingat bahwa harta yang kita miliki juga titipan Allahyang harus dijaga dan digunakan untuk jalan yang benar. Harta bukan
untuk disombong-sombongkan seperti yang dilakukan oleh Qarun.Demikian pula dengan jabatan, kedudukan dan leluhur yang bangsawan
tidak pantas untuk dijadikan alas an untuk sombong. Semua adalah
amanah dan anugerah dari Allah Swt.
RIYA'
Pengertian
Riya' adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.
Ada beberapa ayat yang membahas tentang riya’ antara lain :
1. Riya’ dalam niat
Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau tujuan selain mencari ridha Allah. Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan sangatlah bergantung pada niat.
“ Sesungguhnya sahnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya” (HR. Muslim)
2. Riya’dalam perbuatan
Yang dimaksud dengan riya’ dalam perbuatan adalah ketika kita melakukan sebuah amal ibadah ia berharap mendapat perhatian dari orang lain. Kadang-kadang berlebih-lebihan di dalam melakukan ibadah tersebut contoh ketika ia membaca al-Fatihah dalam salat ia baca dengan cara yang tidak wajar. Ia juga menunda sebuah amal karena belum ada yang memperhatikan misalnya ia mau memasukkan uang amal ke kotak amal, ia menunggu ada orang lain yang melihatnya kalau tidak ada yang memperhatikan ia tidak jadi beramal atau jumlahnya dikurangi.
Bahaya Riya'
1. Akan merasa hampa dan kecewa dalam batinnya apabila perhatian atau pujian yang ia harapkan
ternyata tidak ia dapatkan;
2. Muncul rasa tidak puas terhadap apa yang ia lakukan
3. Muncul sikap keberpura-puraan
4. Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila horma
5. Bisa menimbulkan pertengkaran apabila ia mengungkit-ungkit kebaikannya terhadap orang lain.
Cara Menanggulangi Penyakit Riya’
1. Memfokuskan niat ibadah, bahwa ibadah kita hanya untuk Allah;
2. Hindari sikap suka memamerkan sesuatu yang kita punya, karena pada hakikatnya yang kita punya
itu hanyalah milik Allah;
3, Tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi orang lain;
4. Saling menasihati dan mengingatkan jika di antara kita ada yang berperilaku riya’;
5. Membiasakan diri bersyukur pada Allah;
6. Melakukan ibadah dengan khusyu’ baik di tempat ramai maupun di empat sunyi;
7. Senantiasa berdzikir kepada Allah dan selalu berlindung kepada
8. Allah agar kita dijauhkan dari sifat riya’ dan sum’ah.
Lanjut lagi yah dipostingan berikutnya . .. . di 03. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Riya' adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.
Ada beberapa ayat yang membahas tentang riya’ antara lain :
-
QS. Al-M’un [107] : 4-7.
-
QS. Al-Baqarah [2] : 264.
-
QS. An-Nis’ [4] : 142.
1. Riya’ dalam niat
Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau tujuan selain mencari ridha Allah. Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan sangatlah bergantung pada niat.
“ Sesungguhnya sahnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya” (HR. Muslim)
2. Riya’dalam perbuatan
Yang dimaksud dengan riya’ dalam perbuatan adalah ketika kita melakukan sebuah amal ibadah ia berharap mendapat perhatian dari orang lain. Kadang-kadang berlebih-lebihan di dalam melakukan ibadah tersebut contoh ketika ia membaca al-Fatihah dalam salat ia baca dengan cara yang tidak wajar. Ia juga menunda sebuah amal karena belum ada yang memperhatikan misalnya ia mau memasukkan uang amal ke kotak amal, ia menunggu ada orang lain yang melihatnya kalau tidak ada yang memperhatikan ia tidak jadi beramal atau jumlahnya dikurangi.
Bahaya Riya'
1. Akan merasa hampa dan kecewa dalam batinnya apabila perhatian atau pujian yang ia harapkan
ternyata tidak ia dapatkan;
2. Muncul rasa tidak puas terhadap apa yang ia lakukan
3. Muncul sikap keberpura-puraan
4. Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila horma
5. Bisa menimbulkan pertengkaran apabila ia mengungkit-ungkit kebaikannya terhadap orang lain.
Cara Menanggulangi Penyakit Riya’
1. Memfokuskan niat ibadah, bahwa ibadah kita hanya untuk Allah;
2. Hindari sikap suka memamerkan sesuatu yang kita punya, karena pada hakikatnya yang kita punya
itu hanyalah milik Allah;
3, Tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi orang lain;
4. Saling menasihati dan mengingatkan jika di antara kita ada yang berperilaku riya’;
5. Membiasakan diri bersyukur pada Allah;
6. Melakukan ibadah dengan khusyu’ baik di tempat ramai maupun di empat sunyi;
7. Senantiasa berdzikir kepada Allah dan selalu berlindung kepada
8. Allah agar kita dijauhkan dari sifat riya’ dan sum’ah.
Lanjut lagi yah dipostingan berikutnya . .. . di 03. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar