Kisi-kisi mata pelajaran Yang di UAMBN dan di USBN kan tahun pelajaran 2016-2017
Sulahkan klik link berikut ☟☟☟ . https://drive.google.com/drive/mobile/folders/0BzRDLbHo71clbTdMVFR5QmxGaVU?tab=jo&sort=13&direction=a
Selasa, 07 Maret 2017
Kisi-kisi UAMBN Akidah Akhlak dan Ilmu kalam
Untuk mendapatkan kisi-kisi akidah akhlak dan ilmu kalam . Klik link dibawah ini. 👇
ahttps://drive.google.com/drive/mobile/folders/0BzRDLbHo71clYUE3Rk5kR28zWVU?tab=jo&sort=13&direction=a
ahttps://drive.google.com/drive/mobile/folders/0BzRDLbHo71clYUE3Rk5kR28zWVU?tab=jo&sort=13&direction=a
Senin, 06 Maret 2017
03. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Lanjutan 02. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
1. Syukur
-
PengertianSyukur berarti berterima kasih kepada kepada Allah Swt. sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti ucapan dari perasaan senang, bahagia, melegakan ketika mengalami suatu kejadian yang baik. Secara istilah, Syukur merupakan suatu tindakan, ucapan, perasaan senang, bahagia, lega atas nikmat yang telah dirasakan, didapatkan, dari Allah Swt.
-
Bentuk-Bentuk SyukurMengacu kepada pengertian iman, yaitu membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikan dengan amal perbuatan, maka bentuk syukur juga ada tiga, yaitu:1) Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadaridengan sepenuh bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah Swt. dan tiada seseorang pun selain Allah Swt. yang dapat memberikan nikmat itu. Bersyukur dengan hati juga berupa rasa gembira dan rasa terhadap nikmat yang telah diterimanya.2) Bersyukur dengan lisan, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimat hamdalah. Bahkan ada beberapa doa yang diajarkan oleh rasul sebagai ungkapan syukuratas nikmat tertentu, misalnya doa setelah makan, doa banguntidur, doa selesai buang hajat dan lain sebagainya.3) Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu menggunakan nikmat yang telah Allah berikan. Misalnya menggunakan anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang baik.Misalnya:a) menggunakan anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang positif dan diridhai Allah Swt.b) jika seseorang memperoleh nikmat harta benda, maka iamempergunakan harta itu sesuai dengan jalan Allah Swt.c) Jika nikmat yang diperolehnya berupa ilmu pengetahuan, ia akan memanfaatkan ilmu ituuntuk keselamatan, kebahagian, dan kesejahteraan manusia dan diajarkan kepada orang lain;bukan sebaliknya, ilmu yang diperoleh digunakan untuk membinasakan dan menghancurkankehidupan manusia.Sementara itu Imam Al-Ghazali menegaskan bahawa mensyukuri anggota tubuh yang diberikan Allah Swt. meliputi 7 anggota badan yang pentinga). Mata, mensyukuri nikmat ini dengan tidak mempergunakannya untuk melihat hal-hal yangmaksiat;b).Telinga, digunakan hanya untuk mendengarkan hal-hal yang baik dan tidakmempergunakannya untuk hal-hal yang tidak boleh didengar;c). Lidah, dengan banyak mengucapkan zikir, mengucapkan puji- pujian kepada Allah Swt. danmengungkapkan nikmat-nikmat yang diberikan. d) Tangan, digunakan untuk melakukankebaikan-kebaikan terutama untuk diri sendiri, maupun untuk orang lain, dan tidakmempergunakannya untuk melakukan hal-hal yang haram;e) Perut, dipakai hanya untuk memakan makanan yang halal/baik dan tidak berlebih-lebihan(mubazir). Makanan itu dimakan sekadar untuk menguatkan tubuh terutama untuk beribadathkepada Allah Swt.;f) Kemaluan, dijaga kehormatan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah seperti zina dan pergaulanbebas.g) Kaki, digunakan untuk berjalan ke tempat-tempat yang baik, seperti ke masjid, naik haji keBaitullah (Ka’bah), mencari rezeki yang halal, dan menolong sesama umat manusia.Hikmah dan Manfaat Syukura. Membuat seseorang bahagia karena apa yang ia dapatkan akan membawa manfaat bagi ia danorang-orang sekitarnya.b. Allah akan menambah nikmat yang ia peroleh sesuai dengan janji Allah Swt. dan akanterhindar dari siksa yang amat pedih.,, Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; «Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim [14] : 7)c. Orang yang pandai bersyukur akan disukai oleh banyak orang, karena ia adalah orang yangpandai berterima kasih terhadap sesama.Qona’ah
Pengertian
Qona’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang. Akan tetapi, qona’ah bukan berarti hidup santai, malas bekerja, tidak kreatif, statis dan tidak mau menerima perubahan.Qona’ah dalam Kehidupan
Qona’ah seharusnya menjadi sikap dasar setiap muslim. Karena
sikap tersebut akan menjadi pengendali agar tidak larut dan surut dalam keputus asaan dan tidak maju dalam ketamakan dan keserakahan. Sikap yang demikian perlu dibudayakan dan dimasyarakatkan di masyarakat agar tidak timbul rasa dan sikap memonopoli segala sesuatu yang menyebabkan orang lain tidak mendapat kesempatan yang sama untuk meraih keberhasilan. Akibat dari keadaan tersebut akan muncul ketimpangan dan kesenjangan sosial. Sifat qana’ah juga dapat diwujudkan dalam kehidupan masyarakat dengan tidak memperlihatkan kesombongan dan keangkuhan.Qona’ah dalam kehidupan pribadi seorang muslim juga berfungsi sebagai1. Stabilisator, maksudnya apabila seorang muslim telah memiliki sifat qana’ah, maka ia akanselalu berhati tenteram, berlapang dada, merasa puas dengan apa yang dimilikinya, merasakaya dan terhindar dari sifat rakus, serakah dan tamak.2. Dinamisator, maksudnya apabila seorang muslim telah memiliki sifat qana’ah maka ia akanmempunyai kekuatan batin yang selalu mendorong untuk mencapai kemajuan hidupberdasarkan keadaan dan kekuatan yang dimilikinya dengan tetap bergantung kepadakehendak dan karunia Allah.Keutamaan Qona’ahDengan mempunyai sikap qana’ah, jiwa seseorang akan stabil karena ia mampu :
a. Bersyukur apabila berhasil dalam usahanya dan jauh dari sifat sombong;b. Bersabar dan berlapang dada apabila gagal dan jauh dari sifat frustasi;c. Memiliki hati yang tenteram dan damai;d. Merasa kaya dan berkecukupan;e. Membebaskan diri dari sikap rakus dan tamak;f. Hidup hemat, tidak bergaya hidup lebih besar pasak daripada tiang;g. Menyadari bahwa harta berfungsi sebagai bekal ibadah.h. Menyadari bahwa kaya dan miskin itu tidak terletak pada harta, tetapi pada hati;'' Bukanlah kekayaan itu terletak pada banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya ituadalah kekayaan hati. (HR. Bukhari Muslim)3. Ridha dan SabarPengertianSabar adalah menerima segala sesuatu yang terjadi dengan senanghati. Orang yang ridha menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi itumerupakan kehendak Allah Swt.Bentuk-bentuk sabarMenurut Imam Al-Ghazali sabar adalah kesanggupan untuk mengendalikan diri, maka kesabaran merupakam upaya pengendalian nafsu yang ada dalam diri manusia. Dalam upaya tersebut manusia menjadi tiga tingkatan, yaitu:a. Orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya, karena ia mempunyai daya juang dan kesabaran yang tinggi.b. Orang yang kalah oleh hawa nafsunya. Ia telah mencoba untuk bertahan atas dorongan nafsunya, tetapi kesabarannya lemah, maka ia kalah.c. Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsunya, tetapi suatu ketika ia kalah, karena besarnya dorongan nafsu, meskipun demikian ia bangun lagi dan terus bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut.Sabar juga diterapkan dalam tiga hal:1.Sabar dalam melaksankan ibadah. Untuk melaksankan ibadah membutuhkan kesabaran, sabaruntuk memulai dan sabar untuk melaksankannya, banyak di antara kita yang kurang sabardalam melaksankan ibadah wajib maupun ibadah sunnah.2. Sabar dalam meninggalkan maksiat. Dalam benak kita, mungkin kita menganggap bahwamaksiat adalah sesuatu yang indah, nikmat,dan mengasyikan. Zina dinggap nikmat, ,judidianggap akan membuat seseorang kaya raya, mencuri merupakan cara yang praktis untukmencari harta, mabuk mabukan adalah sesuatu yang membanggakan dan lain sebagainya.Semua anggapan tersebut tentunya bisikan syetan yang dihembuskan lewat benak dan pikirankita. Untuk menghindari perbuatan perbuatan maksiat tersebut sungguh sangat membutuhkankesabaran. Demikian pula dengan seseorang yang telah terbiasa melaksanakan perbuatanmaksiat, misalnya ia terbiasa mabuk-mabukan, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, maintogel, berzina, dan sebagainya. Untuk berhenti, insyaf dan bertobat dari perbuatan-perbuatanterlarang tersebut sungguh merupakan perjuangan yang berat dan membutuhkan kesabaran.3. Sabar dalam manghadapi musibah. Dalam hidup ini hanya ada dua kenyataan yaitu bahagiaatau sengsara, senang atau susah, berhasil atau gagal. Tidak mungkin kita akan bahagia, atausenang terus-menerus, ada kalanya kita sedikit sengsara, susah atau pernah mengalami gagal.Semua itu harus kita hadapi dengan sikap yang benar. Jika kita sedang bahagia, senang danberhasil, maka kita harus bersyukur dan ingat kepada Allah, memahasucikan Allah (tasbih),memuji-Nya, dan beristighfar.Di samping itu kita juga harus sabar pada saat kita emosi ataau marah. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi situasi di mana situasi tadi membuat kita terpancing untuk marah. Dalam kondisi seperti kita membutuhkan kemampuan mengendalian diri dengan cara bersabar: ''(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema›afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali-Imran [3] : 134)Keutamaan sabara. Orang yang sabar akan berhasil dalam meraih cita-citanya, ia akan memiliki jiwa yang kuat dantahan uji menghadapi berbagai persoalan hidup.b. Orang yang sabar akan dicintai Allah dan sebaliknya orang yang tidak sabar tidak dicintaiAllah, bahkan diperintahkan untuk mencari Tuhan selain Allah.c. Orang yang sabar akan tenang, karena sesungguhnya sikap sabar dan ridha adalahmencerminkan puncak ketenangan jiwa seseorang.- Oke guys… jika in gin lanjutannya.,,yook kunjungi postingan 04. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
02. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Lanjutan dari 01. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
4. Menjelaskan hubbun-dun-ya, hasad, takabur/ujub, riya’
A. Hubbudunya.
Pengertian ; Hu bbu ad-Duny berarti cinta dunia, yaitu menganggap harta
benda adalah segalanya. Penyakit Hubbu ad-Duny (cinta pada dunia)
berawal dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang salah bahwa
dunia ini adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan.
Ciri-ciri Hubbud-dun-ya
1) Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana mencapai kebahagiaan akhirat
2) Suka mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan halal dan haramnya Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke
dalam kubur. (QS. At-Taksur [102] : 1-2)
3) Kikir, tidak rela sediki pun hartanya lepas atau berkurang. Jangankan
untuk sedekah, zakat yang memang wajib saja ia tidak mau. Pada
puncaknya ia juga akan kikir kepada dirinya, sehingga ketika dia sakit
tidak mau berobat karena khawatir hartanya berkurang
4) Serakah dan rakus serta tamak. Ia tidak puas dengan apa yang telah ia
miliki sehingga ia akan berusaha menambah perbendaharaan hartanya
5) Tidak mensyukuri nikmat yang sedikit. Maunya nikmat-nikmat yang besar, banyak dan melimpah.
Bahaya Hubbu ad-Dunya
1) Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah, misalnya, shalat, puasa dan
sedekah.
2) Jika seorang telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan menjadi lemah, iblis akan membolak-
balikan hatinya bagaikan seorang anak
kecil mempermainkan bola. Karena orang yang mabuk
karena cinta
dunia tidak akan sadar kecuali setelah berada di dalam kubur.
3) Cinta dunia merupakan sumber segala kesalahan karena cinta dunia,
sering mengakibatkan
seseorang cinta terhadap harta benda dan di
dalam harta benda terdapat banyak penyakit.
4) Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati.
Ada yang menjadi
sombong, dengki, serakah dan cenderung melelahkan
diri sendiri memikirkan yang tidak ada. Makin
cinta pada dunia, akan
makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia
yang
diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang
malam mengejar dunia untuk
kepentingan dirinya
Cara menghindari hubbu ad-dun-ya
1. Mengingat kehidupan di dunia itu hanya sementara.
2. Perbanyak mengingat kematian. (QS. Ali Imran [3] : 185)
3. Meyakini dan menyadari bahwa setiap tindakan kita direkam oleh
anggota badan kita, yang nanti di
hari akhir, ; tangan, kaki, lidah kita akan bersaksi di depan Allah (QS. Fushshilat [41] : 20 - 22)
4. Qana’ah, yaitu rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang
dimiliki, serta menjauhkan diri dari
sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan.
5. Zikir, merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan hati dan meraih kehadiran Ilahi.
6 Kuatnya iman seseorang dan menerapkan muraqabah. Meyakini bahwa Allah selalu melihat kita,
7. Pengabdian penuh khidmat, yaitu saat-saat beribadah, kita lakukan
dengan cara tulus ikhlas sepenuh
hati kepada-Nya.
8. Sadar bahwa dunia dan seisinya adalah amanah Allah. Semua akan
dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah di akhirat. Semakin tinggi
jabatan, kedudukan, dan semakin banyak nikmat yang
diterima
seseorang di dunia, maka semakin berat pula tanggung jawabnya di
akhirat.
9. Oleh sebab itu, jangan pernah “kecukupan” atau kekurangan “dunia”
ini merusak hati kita. Jika
berkecukupan, jangan sampai kecukupan
kita menjadikan kita sombong, dan jika kekurangan, maka
jangan
sampai kekurangan kita itu, membuat kita jadi kurang mensyukuri
nikmat Allah, banyak
mengeluh dan minder
B. Hasad
Pengertian
Hasad berarti dengki maksudnya suatu sikap atau perbuatan yang
mencerminkan rasa marah, tidak suka karena rasa iri. Orang yang hasut
menginginkan kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berharap
supaya berpindah kepadanya. Ia juga tidak suka jika ada orang lain yang
menyamainya baik dalam hal prestasi maupun materi.
Bahaya Hasad
1. Larangan melakukan hasad disebabkan karena mengandung beberapa efek
negatif, di antaranya:
2.Hasad adalah salah satu sifat Iblis karena Iblis tidak mau melaksanakan perintah Allah untuk sujud
kepada Adam A.s. Sifat dengki tidak
bermanfaat bagi orang yang dengki karena dengki akan merusak
amal
kebaikan, sama halnya pendengki selalu gelisah dan tidak senang
karena hatinya tidak rela jika
melihat orang lain mendapat kenikmatan.
Setiap kali ada orang mendapat kenikmatan ia gelisah dan
menderita
batin;
“ Jauhilah olehmu sifat dengki, sesungguhnya dengki itu akan memakan
kebajikan sebagaimana api
memakan kayu bakar “ (HR. Ab Dud)
2. Di samping itu hasad juga merusak tatanan masyarakat. Hasad
merusak pergaulan menjadi tidak
harmonis dan tidak tulus. Hasad akan memunculkan rasa curiga mencurigai. Hasad juga kerap kali
menimbulkan fitnah di tengah-tengah masyarakat;
3. Mengarah kepada perbuatan maksiat. Dengan berlaku hasad secara
otomatis seseorang pasti
melakukan pula hal-hal seperti ghibah,
mengumpat, dan berdusta;
4. Sikap hasad juga bisa mengarah kepada sik, misalnya ingin
mencelakakan orang bahkan bisa
berujung pada kejahatan pembunuhan;
5. Menjerumuskan pelakunya masuk ke neraka;
6. Menyakiti hati orang lain;
7. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat;
8. Mematikan hati, menyebabkan pelakunya tidak memahami hukum dan ketentuan Allah;
9. Membuat dirinya hina di hadapan Allah dan di hadapan sesama.
Cara Mengobati Penyakit Hasad
1. Menanamkan kesadaran bahwa sifat dengki akan membuat seseorang
menderita batin;
2. Menumbuhkan kesadaran bahwa akibat dari dengki itu adalah
permusuhan dan permusuhan akan
membawa petaka
3. Kita saling mengingatkan dan saling menasehati
4. Bersikap realistis melihat kenyataan
5. Mempunyai pendirian dan tidak mudah terprovokasi
6. Senantiasa ingat pada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya agar terhindar dari bisikan
syetan.
Takabur-Ujub
Pengertian Takabur-Ujub
Secara bahasa (etimologi), ‘Ujub, berasal dari kata “’ajaba”,
yang artinya “kagum, terheran-heran, takjub. Al-I’jabu bin Nafsi berarti kagum pada diri sendiri. Sedangkan takabur
berarti “sombong” atau “berusaha menampakkan keagungan diri”. Dalam
kitab lisanul Arab, antara lain disebutkan bahwa at-takabur wal istikbar
berarti at-ta’azzhum (sombong/ Kibr).
Secara istilah dapat kita pahami bahwa ‘ujub yaitu suatu sikap
membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu
berlebihan kepada kemampuan diri.
Penyebab Takabur-ujub
1) Ujub dan takabur karena kelebihan sik, misalnya tampan, cantik dan kuat. Ia merasa bahwa siknya lebih hebat, lebih cantik atau lebih
tampan dan kuat daripada yang lainnya. Ditambah dengan suaranya
yang lebih merdu. lantas ia takabur dan merendahkan yang lainnya.]
2) Ujub dan takabur karena kekuatan siknya dalam melawan musuh.
Ia takabur dan sesumbar bahwa tidak akan ada orang yang dapat
mengalahkan Dia. Ini adalah sikap yang keliru, karena akan
menghilangkan kewaspadaannya. Ia akan lemah karena menganggap
enteng lawan.
3) Ujub dan takabur karena ilmu, akal dan kecerdikannya dalam
memahami ilmu-ilmu agama dan juga urusan-urusan keduniaannya.
Umumnya orang yang demikian itu merasa dan menggap dirinya
paling pintar dan merasa bahwa pendapatnya paling benar.
4) Ujub dan takabur karena keturunan. Artinya sombong dirinya,
karena ia merasa dirinya turunan ningrat atau bangsawan. Biasanya
orang yang demikian itu menganggap bahwa dirinyalah yang harus
dihormati dan di muliakan. Ia harus di perioritaskan dalam segala hal.
ia selalu mebayangkan bahwa orang yang ada di sekitarnya itu adalah
pembantunya.
5) Ujub dan takabur karena banyak anaknya yang dapat diandalkan,
banyak keponakan dan anggota lainnya yang sukses, banyak temannya
yang mempunyai kedudukan tinggi dan lain sebagainya. Semuanya
dibangga-banggakan secara berlebihan sampai takabur dan sombong.
6) Ujub dan takabur karena harta yang berlimpah ruah. Ia sombong,
takabur, dan riya dengan hartanya itu. Seolah-olah dia saja yang yang
kaya. Ia suka bercerita dan pamer tentang hartanya yang melimpah
dan terdapat di mana-mana. Termasuk ketika ia berbuat baik dengan
hartanya misalnya zakat dan sedekah ia lakukan bukan karena Allah
tetapi karena pamer atau riya’.
Bahaya Takabur-Ujub
1). ‘Ujub menyebabkan timbulnya rasa sombong (takabur), sebab memang ‘ujub itulah yang menyebabkan salah satu dari berbagai seba kesombongan timbul. Dari ‘ujub maka muncullah ketakaburan.
2). Bila seseorang sudah dihinggapi penyakit ‘ujub dan takabur, ia lupa
pada bahaya-bahaya ‘ujub dan takabur itu sendiri, ia sudah tertipu oleh
perasaan, dan pendapatnya sendiri. Ia merasa apa yang datang dari dirinya sendiri semua serba hebat dan agung.
3). Karena ‘ujub dan takabur membuat seseorang kurang sadar terhadap kedudukan dirinya, ia akan memuji-muji dirinya, menyanjung dirinya
sendiri dan menganggap suci dirinya serta bersih dari segala kesalahan
dan dosa.
4). Seorang yang ‘ujub dan takabur tidak mau belajar kepada orang lain,
sebab ia sudah merasa amat pandai. Ia tidak suka bertanya kepada
siapapun juga, karena merasa malu, khawatir dianggap bodoh.
5). Orang yang memiliki sikap ujub dan takabur jika usahanya gagal,
orang ini akan melemparkan kesalahan pada orang lain, rekan atau
bawahannya.
6). Orangyangsombongdantakaburakanbanggadangembirakalausegala
sesuatu itu timbul dari gagasannya dan suka sekali mempopulerkan apa-
apa yang ada pada dirinya, sebaliknya tidak suka kepada kemashuran
yang dicapai oleh apa-apa yang digagas oleh orang lain.
7).Membatalkan pahala. Seseorang yang merasa ujub dengan amal
kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-
sia. Karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun
kecuali dengan ikhlas karena-Nya.
8). Menyebabkan orang lain membenci pelakunya. Pada umumnya, orang
tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri
sendiri dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ujub tidak akan
banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan
terpandang kedudukannya
7) Ujub dan takabur adalah gambaran kejiwaan yang sangat berlebih-
lebihan, saat seseorang menganggap dirinya paling hebat dibandingkan
yang lainnya. Ia merasa paling pintar, paling gagah, paling kaya, paling
berkuasa, paling dominan dan sebagainya. Pokoknya ia merasa orang
super dalam segala hal, yang akhirnya memicu sifat arogansi dalam
dirinya, menghina dan melecehkan orang lain
8. Akibat buruk dari ujub dan takabur ialah hilangnya rasa saling hormat
menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya, menanamkan
kebencian.
CaraMenghindariTakabur-Ujub
1) Kita harus memiliki sifat percaya diri tetapi jika sudah
memasuki ketakaburan dan menganggap rendah terhadap yang lain,
inilah yang dikatakan ujub yang di larang agama. Hal tersebut harus
dihindari dengan cara bahwa kita harus percaya diri tetapi ingat bahwa
kita tetap punya sisi lemah. Orang lain juga mempunyai potensi dan
kita harus menghargai potensi tersebut. Ada pepatah yang mengatakan
bahwa di atas langit masih ada langit.
2) Kita harus ingat dan sadar, bahwa dalam sejarah, orang yang ujub, takabur
dengan kekuatannya, maka Allah yang akan menghancurkannya, karea
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.
3) Kita juga harus sadar bahwa ilmu yang kita miliki sangatlah sedikit
dibandingkan dengan ilmu Allah Swt. Bakhan sesungguhnya ilmu kita
lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang sekitar kita. Kita hanya
paham sesuatu yang pernah kita lihat, kita baca dan kita dengarkan,
selebihnya kita tidak mengerti. Hal tersebut seperti pengakuan para
malaikat.
4) Kita harus sadar bahwa sik yang gagah, wajah yang tampan rupawan,
cantik jelita adalah anugrah Allah dan sifatnya sementara, yaitu ketika
masih usia muda. Hal tersebut juga merupakan ukuran kemulianeseorang di hadapan Allah Swt. Karena yang menentukan kemulianadalah ketakwaannya.
5) Kita juga harus ingat bahwa harta yang kita miliki juga titipan Allahyang harus dijaga dan digunakan untuk jalan yang benar. Harta bukan
untuk disombong-sombongkan seperti yang dilakukan oleh Qarun.Demikian pula dengan jabatan, kedudukan dan leluhur yang bangsawan
tidak pantas untuk dijadikan alas an untuk sombong. Semua adalah
amanah dan anugerah dari Allah Swt.
RIYA'
Pengertian
Riya' adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.
Ada beberapa ayat yang membahas tentang riya’ antara lain :
1. Riya’ dalam niat
Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau tujuan selain mencari ridha Allah. Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan sangatlah bergantung pada niat.
“ Sesungguhnya sahnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya” (HR. Muslim)
2. Riya’dalam perbuatan
Yang dimaksud dengan riya’ dalam perbuatan adalah ketika kita melakukan sebuah amal ibadah ia berharap mendapat perhatian dari orang lain. Kadang-kadang berlebih-lebihan di dalam melakukan ibadah tersebut contoh ketika ia membaca al-Fatihah dalam salat ia baca dengan cara yang tidak wajar. Ia juga menunda sebuah amal karena belum ada yang memperhatikan misalnya ia mau memasukkan uang amal ke kotak amal, ia menunggu ada orang lain yang melihatnya kalau tidak ada yang memperhatikan ia tidak jadi beramal atau jumlahnya dikurangi.
Bahaya Riya'
1. Akan merasa hampa dan kecewa dalam batinnya apabila perhatian atau pujian yang ia harapkan
ternyata tidak ia dapatkan;
2. Muncul rasa tidak puas terhadap apa yang ia lakukan
3. Muncul sikap keberpura-puraan
4. Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila horma
5. Bisa menimbulkan pertengkaran apabila ia mengungkit-ungkit kebaikannya terhadap orang lain.
Cara Menanggulangi Penyakit Riya’
1. Memfokuskan niat ibadah, bahwa ibadah kita hanya untuk Allah;
2. Hindari sikap suka memamerkan sesuatu yang kita punya, karena pada hakikatnya yang kita punya
itu hanyalah milik Allah;
3, Tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi orang lain;
4. Saling menasihati dan mengingatkan jika di antara kita ada yang berperilaku riya’;
5. Membiasakan diri bersyukur pada Allah;
6. Melakukan ibadah dengan khusyu’ baik di tempat ramai maupun di empat sunyi;
7. Senantiasa berdzikir kepada Allah dan selalu berlindung kepada
8. Allah agar kita dijauhkan dari sifat riya’ dan sum’ah.
Lanjut lagi yah dipostingan berikutnya . .. . di 03. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Riya' adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.
Ada beberapa ayat yang membahas tentang riya’ antara lain :
-
QS. Al-M’un [107] : 4-7.
-
QS. Al-Baqarah [2] : 264.
-
QS. An-Nis’ [4] : 142.
1. Riya’ dalam niat
Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau tujuan selain mencari ridha Allah. Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan sangatlah bergantung pada niat.
“ Sesungguhnya sahnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya” (HR. Muslim)
2. Riya’dalam perbuatan
Yang dimaksud dengan riya’ dalam perbuatan adalah ketika kita melakukan sebuah amal ibadah ia berharap mendapat perhatian dari orang lain. Kadang-kadang berlebih-lebihan di dalam melakukan ibadah tersebut contoh ketika ia membaca al-Fatihah dalam salat ia baca dengan cara yang tidak wajar. Ia juga menunda sebuah amal karena belum ada yang memperhatikan misalnya ia mau memasukkan uang amal ke kotak amal, ia menunggu ada orang lain yang melihatnya kalau tidak ada yang memperhatikan ia tidak jadi beramal atau jumlahnya dikurangi.
Bahaya Riya'
1. Akan merasa hampa dan kecewa dalam batinnya apabila perhatian atau pujian yang ia harapkan
ternyata tidak ia dapatkan;
2. Muncul rasa tidak puas terhadap apa yang ia lakukan
3. Muncul sikap keberpura-puraan
4. Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila horma
5. Bisa menimbulkan pertengkaran apabila ia mengungkit-ungkit kebaikannya terhadap orang lain.
Cara Menanggulangi Penyakit Riya’
1. Memfokuskan niat ibadah, bahwa ibadah kita hanya untuk Allah;
2. Hindari sikap suka memamerkan sesuatu yang kita punya, karena pada hakikatnya yang kita punya
itu hanyalah milik Allah;
3, Tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi orang lain;
4. Saling menasihati dan mengingatkan jika di antara kita ada yang berperilaku riya’;
5. Membiasakan diri bersyukur pada Allah;
6. Melakukan ibadah dengan khusyu’ baik di tempat ramai maupun di empat sunyi;
7. Senantiasa berdzikir kepada Allah dan selalu berlindung kepada
8. Allah agar kita dijauhkan dari sifat riya’ dan sum’ah.
Lanjut lagi yah dipostingan berikutnya . .. . di 03. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
01. SIAP UAMBN MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Berikut ini saya bagikan ringkasan materi untuk mempermudah siswa kelas XII Madrsah Aliyah dalam mempersiapkan diri menghadapi UAMBN mata pelajaran Aqidah Akhlak. Materi ini disusun berdasarkan kisi-kisi UAMBN.
1. Metode peningkatan kualitas aqidah:
- Melalui pembiasaan dan keteladanan : Pembiasaan dan keteladanan bisa dimulai dari keluarga . Disini menjadi seran orangtua sangat penting agar aqidah itu bisa tertanam didalam hati sanubari anggota keluarganya sedini mungkin. Keberhasilan penanaman aqidah tidak hanya menjadi tanggung jawab guru saja, tetapi menjadi tanggung jawab semua pihak . Karena itu semuanya harus terlibat. Selain itu pembiasaan hidup dengan kekuatan aqidah itu harus dilakukan secara berulang-ulang (istiqamah), agar menjadi semakin kuat imannya.
- Melalui pendidikan dan pengajaran : Pendidikan dan pengajaran dapat dilaksanakan baik dalam keluarga, masyarakat atau lembaga pendidikan formal. Pendidikan keimanan ini memerlukan keterlibatan orang lain untuk menanamkan akidah didalam hatinya. Penanaman kalimat-kalimat yang baik seperti dua kalimat syahadat dan kalimat laa ilaaha illallah sangat penting untuk menguatkan keimanan seseorang
2. Konsep tauhid menurut para Ahli :
- Syekh Muhammad Abduh : tauhid adalah ilmu yang membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan Ketuhanan. Segala hal tentang wujud Allah, sifat Allah, dan lain sebagainya yang menjadi sebuah dalil akan keberadaan Allah. Dan dengan ilmu tauhid akan menjadikan kamu yakin akan keberadaan Allah.
- M. Qusaih Shihab tauhid itu mencakup keesaan zat, keesaan sifat, keesaan perbuatan serta keesaan dalam beribadah kepada-Nya. Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya
bahwa Allah Swt. tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian. Karena,
bila Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih betapapun
kecilnya unsur atau bagian itu—maka ini berarti Dia membutuhkan unsur
atau bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian ini merupakan
syarat bagi wujud-Nya. Adapun keesaan dalam sifat-Nya, mengandung pengertian bahwa
Allah memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya
dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa kata yang digunakan
untuk menunjuk sifat tersebut sama. Sebagai contoh, kata rahim merupakan
sifat bagi Allah, tetapi juga digunakan untuk menunjuk rahmat atau kasih
sayang makhluk. Namun substansi dan kapasitas rahmat dan kasih sayang
Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya. Allah Esa dalam sifat-Nya,
sehingga tidak ada yang menyamai substansi dan kapasitas tersebut.Keesaan dalam perbuatan-Nya mengandung arti bahwa segala sesuatu
yang berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan
wujudnya, kesemuanya adalah hasil Perbuatan Allah semata.Sedangkan keesaan dalam beribadah merupakan perwujudan dari
ketiga keesaan di atas.
3. Menjelaskan tentang hikmah, iffah, syaja'ah dan 'adalah
-
Hikmah :
a. Pengertian Hikmah dan Ruang Lingkupnya
Secara bahasa al-hikmah berarti: kebijaksanaan, pendapat
atau pikiran yang bagus, pengetahuan, lsafat, kenabian, keadilan,
peribahasa (kata-kata bijak), dan al-Qur'an. Menurut Al-Maraghi
dalam kitab Tafsirnya, menjelaskan al-Hikmah sebagai perkataan yang
tepat lagi tegas yang diikuti dengan dalil-dalil yang dapat menyingkap
kebenaran. Sedangkan menurut Toha Jahja Omar; hikmah adalah
bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan kitalah
yang harus berpikir, berusaha, menyusun, mengatur cara-cara dengan
menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Allah sebagaimana dalam ketentuan
hukum-Nya.
Dalam kata al-hikmah terdapat makna pencegahan, dan ini meliputi
beberapa makna, yaitu:
-
1) Adil akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalam kezaliman.
-
2) Hilm akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalam
kemarahan.
-
3) Ilmu akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalam kejahilan.
-
4) Nubuwwah, seorang Nabi tidak lain diutus untuk mencegah
manusia dari menyembah selain Allah, dan dari terjerumus
kedalam kemaksiatan serta perbuatan dosa. al-Qur’an dan seluruh
kitab samawiyyah diturunkan oleh Allah agar manusia terhindar
dari syirik, mungkar, dan perbuatan buruk.
Lafad al-hikmah tersebut dalam al-Qur’an sebanyak dua puluh
kali dengan berbagai makna.
-
Bermakna pengajaran Al-Qur’an
“Dan apa yang telah diurunkan Allah kepadamu yaitu Al-Kitab
(Al-Qur’an) dan al-hikmah, Allah memberikan pengajaran
( mau’iza h ) kepadamu dengan apa yang diturunkannya itu “
(QS. Al-Baqarah [2] : 231)
-
Bermakna pemahaman dan ilmu
'' Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.
dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.'' (QS. Maryam [19 ]: 12)
-
Bermakna An-Nubuwwah (kenabian). (QS.An-Nis' [4] :5 4 dan QS
d [38] : 20)
-
Bermakna al-Qur’an yang mengandung keajaiban-keajaiban dan
penuh rahasia (QS. Al-Baqarah [2] : 269)
Abdurrahman As-Sa’di menafsirkan kata Al-hikmah denganilmu-
ilmu yang bermanfaat dan pengetahuan-pengetahuan yang benar,
akal yang lurus, kecerdasan yang murni, tepat dan benar dalam hal
perkataan maupun perbuatan.”Kemudian beliau berkata, “seluruh perkara tidak akan baik
kecuali dengan al-hikmah, yang tidak lain adalah menempatkan
segala sesuatu sesuai pada tempatnya; mendudukkan perkara pada
tempatnya, mengundurkan ( waktu ) jika memang sesuai dengan
kondisinya, dan memajukan ( waktu ) jika memang sesuai dengan
yang dikehendaki.”
b. Anjuran Memiliki Hikmah
Hikmah itu adalah Setiap perkataan yang benar dan menyebabkan perbuatan yang benar. Hikmah ialah: ilmu yang bermanfaat dan
amal shaleh, kebenaran dalam perbuatan dan perkataan, mengetahui
kebenaran dan mengamalkanya.
Tidaklah cukup dalam mengamalkan ajaran agama hanya dengan al-Qur’an saja tanpa dengan al-Hikmah yang berarti as-sunnah
atau pemahaman yang benar tentang al-Qur’an, karena itulah as-
sunnah juga disebut sebagai al-hikmah. Orang yang dianugerahi
al-hikmah adalah: Orang yang mempunyai ilmu mendalam dan mampu
mengamalkannya secara nyata dalam kehidupan. Orang yang benar
dalam perkataan dan perbuatan. Orang yang menempatkan sesuatu
sesuai pada tempatnya (adil). Orang yang mampu memahami dan
menerapkan hukum Allah Swt
Setelah seseorang mendapatkan hikmah, maka baginya wajib
untuk menyampaikan atau mendakwahkannya sesuai dengan rman
Allah
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-ahl [16] : 125)
Hikmah dalam berdakwah tidak terbatas pada makna: perkataan yang
lemah lembut, pemberian motivasi, hilm ( tidak cepat emosi dan tidak
bersikap masa bodoh), halus ataupun pemaaf. Namun, hikmah juga
mencakup pemahaman yang mendalam tentang berbagai perkara
berikut hukum-hukumnya, sehingga dapat menempatkan seluruh
perkara tersebut pada tempatnya, yaitu
-
1) Dapat menempatkan perkataan yang bijak, pengajaran, serta
pendidikan sesuai dengan tempatnya. Berkata dan berbuat secara
tepat dan benar
-
2) Dapat memberi nasihat pada tempatnya
-
3) Dapat menempatkan mujadalah (dialog) yang baik pada tempatnya.
-
4) Dapat menempatkan sikap tegas
-
5) Memberikan hak setiap sesuatu, tidak berkurang dan tidak berlebih, tidak lebih cepat ataupun lebih lambat dari waktu yang
dibutuhkannya
c. Keutamaan Hikmah
-
1) memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam melaksanakan dan
membela kebenaran ataupun keadilan,
-
2) menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bekal utama yang terus
dikembangkan,
-
3) mampu berkomunikasi denga orang lain dengan beragam pendekatan
dan bahasan,
-
4) memiliki semangat juang yang tinggi untuk mensyiarkan kebenaran
dengan beramar makruf nahi munkar,
-
5) senantisa berpikir positif untuk mencari solusi dari semua persoalan
yang dihadapi,
-
6) memiliki daya penalaran yang obyektif dan otentik dalam semua bidang
kehidupan,
-
7) orang-orang yang dalam perkataan dan perbuatannya senantiasa
selaras dengan sunnah Rasulullah
3. Membiasakan Sikap Iffah
-
Pengertian ‘Iffah
Secara etimologis, ‘iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu-
‘iffah yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik,
iffah juga berarti kesucian tubuh. Secara terminologis, iffah adalah
memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan,
merusak dan menjatuhkannya.
Iffah (al-iffah) juga dapat dimaknai sebagai usaha untuk memelihara
kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, tnah,
dan memelihara kehormatan.
-
Iffah dalam Kehidupan
iffah hendaklah dilakukan setiap waktu agar tetap berada dalam keadaan kesucian. Hal ini dapat dilakukan dimulai memelihara hati
(qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan yang buruk.
Sedangkan kesucian diri terbagi ke dalam beberapa bagian:
a) Kesucian Panca Indra; (QS. An-Nr [24] : 33)
-
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan
karunia-Nya. (QS. An-Nr [24] : 33)
b) Kesucian Jasad; (QS. Al-Azb [33] : 59)
-
'' Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: «Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka». yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Azb [33] : 59)
c) Kesucian dari Memakan Harta Orang Lain; (QS. An-Nisa [4] : 6)
'' Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
kawin. ke mudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas
(pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka
harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim
lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa
(membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di
antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri
(dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin,
Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian
apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah
kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka.
dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)''.
(QS. An-Nis' [4] : 6)
d). KesucianLisan
Dengan cara tidak berkata menyakitkan orang tua seperti firman Allah Swt.
''Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan «ah» dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia'' (QS. Al Isr’ [17] : 23)
c. Keutamaan Iffah
Dengan demikian, seorang yang ‘af adalah orang yang
bisa menahan diri dari perkara-perkara yang dihalalkan ataupun
diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan
menginginkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah:.
Artinya; “Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang
aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri
dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya,
dan siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka
Allah akan menjadikannya sabar. Dan siapa yang merasa cukup
dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya maka Allah akan
memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu
pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Agar seorang mukmin memiliki sikap iffah, maka harus melakukan
usaha-usaha untuk membimbing jiwanya dengan melakukan dua hal
berikut:
-
1) Memalingkan jiwanya dari ketergantungan kepada makhluk dengan
menjaga kehormatan diri sehingga tidak berharap mendapatkan
apa yang ada di tangan mereka, hingga ia tidak meminta kepada
makhluk, baik secara lisan (lisnul maqal) maupun keadaan
(lisanul hl).
-
2) Merasa cukup dengan Allah, percaya dengan pencukupan-Nya. Siapa
yang bertawakal kepada Allah, pasti Allah akan mencukupinya.
Allah itu mengikuti persangkaan baik hamba-Nya. Bila hamba
menyangka baik, ia akan beroleh kebaikan. Sebaliknya, bila ia
bersangka selain kebaikan, ia pun akan memperoleh apa yang
disangkanya.
Untuk mengembangkan sikap ‘iffah ini, maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh seorang muslim untuk
menjaga kehormatan diri, di antaranya:
-
1) Selalu mengendalikan dan membawa diri agar tetap menegakan
sunnah Rasulullah,
-
2) Senantiasa mempertimbangkan teman bergaul dengan teman yang
jelas akhlaknya,
-
3) Selalau mengontrol diri dalam urusan makan, minum dan berpakaian
secara Islami,
-
4) Selalu menjaga kehalalan makanan, minuman dan rizki yang
diperolehnya,
-
5) Menundukkan pandangan mata (ghadul bashar) dan menjaga
kemaluannya,
-
6) Tidakkhalwat(berduaan)denganlelakiatauperempuanyangbukan
mahramnya,
-
7) Senantiasa menjauh diri dari hal-hal yang dapat mengundang tnah.
’Iffah merupakan akhlak paling tinggi dan dicintai Allah Swt.
Oleh sebab itulah sifat ini perlu dilatih sejak anak-anak masih kecil,
sehingga memiliki kemampuan dan daya tahan terhadap keinginan-
keinginan yang tidak semua harus dituruti karena akan membahayakan
saat telah dewasa. Dari sifat ’iffah akan lahir sifat-sifat mulia seperti:
sabar, qana’ah, jujur, santun, dan akhlak terpuji lainnya.
Ketika sifat ’iffah ini sudah hilang dari dalam diri seseorang, akan
membawa pengaruh buruk dalam diri seseorang, akal sehat akan tertutup
oleh nafsu syahwatnya, ia sudah tidak mampu lagi membedakan mana
yang benar dan salah, mana baik dan buruk, yang halal dan haram.
4. Mengembangkan Sikap Syaja’ah
-
Pengertian Syaja’ah
Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya
dari kata al-jabn yang berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk
menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi positif dari sikap
berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan
berat dan mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya.
Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya
menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.
Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau
keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika
dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam
mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan
sikap sabar dan berani. Selain itu Syaja’ah (berani) bukanlah semata-
mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental
seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
-
PenerapanSyaja’ahdalamKehidupan
Sumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu;
-
1) Rasa takut kepada Allah Swt.
-
2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia,
-
3) Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang
-
4) Tidak menomori satukan kekuatan materi,
-
5) Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah,
Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau
bahaya ketika mengancam. Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir
terkena dampaknya, kemudian menentang maka itulah pemberani. Orang
yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah pemberani (al-syujja’).
Al-syajja’ah (berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf (tidak takut sama
sekali)”
Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dipahami bahwa berani
terhadap sesuatu bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya.
Keberanian dinilai dari tindakan yang berorientasi kepada aspek maslahat
dan tanggung jawab dan berdasarkan pertimbangan maslahat.
Predikat pemberani bukan hanya diperuntukkan kepada pahlawan yang
berjuang di medan perang. Setiap profesi dikategorikan berani apabila
mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara bertanggungjawab.
Kepala keluarga dikategorikan berani apabila mampu menjalankan
tanggungjawabnya secara maksimal, pegawai dikatakan berani apabila
mampu menjalankan tugasnya secara baik, dan seterus nya.Keberanian terbagi kepada terpuji(al-mahmudah) dan tercela
(al-madzmumah). Keberanian yang terpuji adalah yang mendorong berbuat
maksimal dalam setiap peranan yang diemban, dan inilah hakikat pahlawan
sejati. Sedangkan berani yang tercela adalah apabila mendorong berbuat
tanpa perhitungan dan tidak tepat penggunaannya.
Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:
-
1) Syaja’ah harbiyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak,
misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang.
-
2) Syaja’ah nafsiyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau
penderitaan dan menegakkan kebenaran.
Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai
berikut:
1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.
2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.
3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.
Dari dua
macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat
dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:
a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan,
penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada
di jalan Allah.
b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan
penguasa yang zalim.
c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh
perhitungan. Kemampuan merencanakan dan mengatur
strategi termasuk
di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah
merupakan bentuk
keberanian yang bertanggung jawab.
d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki
sifat
pengecut yang tidak mau mengakui kesalahan dan mencari
kambing
hitam, bersikap ”lempar batu sembunyi tangan” Orang
yang memiliki sifat
syaja’ah berani mengakui kesalahan, mau
meminta maaf, bersedia
mengoreksi kesalahan dan bertanggung
jawab.
e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung
bersikap “over condence” terhadap dirinya, menganggap
dirinya baik,
hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan
serta kekurangan.
Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate”
terhadap dirinya yakni
menganggap dirinya bodoh, tidak mampu
berbuat apa-apa dan tidak
memiliki kelebihan apapun. Kedua
sikap tersebut jelas tidak proporsional
dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam
mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap
mampu ber–mujahadah li nafsi, melawan nafsu dan
amarah.
Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan
tangannya
padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk
melampiaskan
amarahnya.
c. Hikmah syaja’ah
Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat
mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa
dan bernegara.
Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk
sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan
amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu
dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan
dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur,
meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika
seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan
sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.
5. Menegakkan Sikap ’Adalah
1. Pengertian
Pengertian adil menurut bahasa adalah sebagai berikut.
Meletakkan sesuatu pada tempatnya. Adil juga berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan
yang satu dengan yang lain. Berlaku adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban secara
seimbang, tidak memihak, dan tidak merugikan pihak mana pun.
Adil dapat berarti tidak berat sebelah serta berarti sepatutnya, tidak
sewenang-wenang.
Jamil Shaliba, penulis kamus Filsafat Arab, mengatakan bahwa,
menurut bahasa adil berarti al-Istiqamah yang berarti tetap pada
pendirian, sedangkan dalam syari'at adil berarti tetap dalam pendirian
dalam mengikuti jalan yang benar serta menjauhi perbuatan yang
dilarang serta kemampuan akal dalam menundukkan hawa nafsu.
Sebagaimana firrman di bawah ini.
'' Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(QS. an-Nal [16] : 90
2. Bentuk-Bentuk Adil
a. Adil terhadap Allah, artinya menempatkan Allah pada tempatnya yang
benar, yakni sebagai makhluk Allah dengan teguh
melaksanakan apa
yang diwajibkan kepada kita, Sehingga
benar-benar Allah sebagai
Tuhan kita.
b. Adil terhadap diri sendiri, yaitu menempatkan diri pribadi pada
tempat
yang baik dan benar. Untuk itu kita harus teguh, kukuh
menempatkan diri
kita agar tetap terjaga dan terpelihara dalam
kebaikan dan keselamatan.
Untuk mewujudkan hal tersebut kita
harus memenuhi kebutuhan jasmani
dan rohani serta menghindari
segala perbuatan yang dapat
mencelakakan diri.
c. Adil terhadap orang lain, yakni menempatkan orang lain pada
tempatnya
yang sesuai, layak, dan benar. Kita harus memberikan
hak orang lain
dengan jujur dan benar tidak mengurangi sedikitpun
hak yang harus
diterimanya.
d. Adil terhadap makhluk lain, artinya dapat menempatkan makhluk
lain
pada tempatnya yang sesuai, misalnya adil kepada binatang,
harus
menempatkannya pada tempat yang layak menurut kebiasaan
binatang
tersebut.
Kedudukan dan Keutamaan adil
a. Terciptanya rasa aman dan tentram karena semua telah merasa
diperlakukan dengan adil.
b. Membentuk pribadi yang melaksanakan kewajiban dengan baik
c. Menciptakan kerukunan dan kedamaian
d. Keadilan adalah dambaan setiap orang.Alangkah bahagianya
apabilankeadilan bisa ditegakkan demi masyarakat, bangsa dan negara,
agar masyarakat merasa tentram dan damai lahir dan batin.
e. Begitu mulianya orang yang berbuat adil sehingga Allah tidak akan
menolak doanya. Demikian pula Allah sangat mengasihi orang yang
dizalimi (tidak diperlakukan secara adil) sehingga Allah
tidak akan
menolak doanya.
Kita lanjutkan pada postingan selanjutnya yah…. :)
-
- Hikmah :
a. Pengertian Hikmah dan Ruang Lingkupnya
Secara bahasa al-hikmah berarti: kebijaksanaan, pendapat
atau pikiran yang bagus, pengetahuan, lsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak), dan al-Qur'an. Menurut Al-Maraghi dalam kitab Tafsirnya, menjelaskan al-Hikmah sebagai perkataan yang tepat lagi tegas yang diikuti dengan dalil-dalil yang dapat menyingkap kebenaran. Sedangkan menurut Toha Jahja Omar; hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan kitalah yang harus berpikir, berusaha, menyusun, mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Allah sebagaimana dalam ketentuan hukum-Nya.Dalam kata al-hikmah terdapat makna pencegahan, dan ini meliputi beberapa makna, yaitu:-
1) Adil akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalam kezaliman.
-
2) Hilm akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalamkemarahan.
-
3) Ilmu akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalam kejahilan.
-
4) Nubuwwah, seorang Nabi tidak lain diutus untuk mencegahmanusia dari menyembah selain Allah, dan dari terjerumus kedalam kemaksiatan serta perbuatan dosa. al-Qur’an dan seluruh kitab samawiyyah diturunkan oleh Allah agar manusia terhindar dari syirik, mungkar, dan perbuatan buruk.Lafad al-hikmah tersebut dalam al-Qur’an sebanyak dua puluh
kali dengan berbagai makna.-
Bermakna pengajaran Al-Qur’an
“Dan apa yang telah diurunkan Allah kepadamu yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan al-hikmah, Allah memberikan pengajaran ( mau’iza h ) kepadamu dengan apa yang diturunkannya itu “(QS. Al-Baqarah [2] : 231)
-
Bermakna pemahaman dan ilmu'' Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.'' (QS. Maryam [19 ]: 12)
-
Bermakna An-Nubuwwah (kenabian). (QS.An-Nis' [4] :5 4 dan QS d [38] : 20)
-
Bermakna al-Qur’an yang mengandung keajaiban-keajaiban dan penuh rahasia (QS. Al-Baqarah [2] : 269)Abdurrahman As-Sa’di menafsirkan kata Al-hikmah denganilmu- ilmu yang bermanfaat dan pengetahuan-pengetahuan yang benar, akal yang lurus, kecerdasan yang murni, tepat dan benar dalam hal perkataan maupun perbuatan.”Kemudian beliau berkata, “seluruh perkara tidak akan baik kecuali dengan al-hikmah, yang tidak lain adalah menempatkan segala sesuatu sesuai pada tempatnya; mendudukkan perkara pada tempatnya, mengundurkan ( waktu ) jika memang sesuai dengan kondisinya, dan memajukan ( waktu ) jika memang sesuai dengan yang dikehendaki.”
b. Anjuran Memiliki Hikmah
Hikmah itu adalah Setiap perkataan yang benar dan menyebabkan perbuatan yang benar. Hikmah ialah: ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh, kebenaran dalam perbuatan dan perkataan, mengetahui kebenaran dan mengamalkanya.
Tidaklah cukup dalam mengamalkan ajaran agama hanya dengan al-Qur’an saja tanpa dengan al-Hikmah yang berarti as-sunnahatau pemahaman yang benar tentang al-Qur’an, karena itulah as-sunnah juga disebut sebagai al-hikmah. Orang yang dianugerahial-hikmah adalah: Orang yang mempunyai ilmu mendalam dan mampumengamalkannya secara nyata dalam kehidupan. Orang yang benardalam perkataan dan perbuatan. Orang yang menempatkan sesuatusesuai pada tempatnya (adil). Orang yang mampu memahami dan menerapkan hukum Allah SwtSetelah seseorang mendapatkan hikmah, maka baginya wajib untuk menyampaikan atau mendakwahkannya sesuai dengan rman AllahSerulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-ahl [16] : 125)Hikmah dalam berdakwah tidak terbatas pada makna: perkataan yang lemah lembut, pemberian motivasi, hilm ( tidak cepat emosi dan tidak bersikap masa bodoh), halus ataupun pemaaf. Namun, hikmah juga mencakup pemahaman yang mendalam tentang berbagai perkara berikut hukum-hukumnya, sehingga dapat menempatkan seluruh perkara tersebut pada tempatnya, yaitu-
1) Dapat menempatkan perkataan yang bijak, pengajaran, serta pendidikan sesuai dengan tempatnya. Berkata dan berbuat secara tepat dan benar
-
2) Dapat memberi nasihat pada tempatnya
-
3) Dapat menempatkan mujadalah (dialog) yang baik pada tempatnya.
-
4) Dapat menempatkan sikap tegas
-
5) Memberikan hak setiap sesuatu, tidak berkurang dan tidak berlebih, tidak lebih cepat ataupun lebih lambat dari waktu yang dibutuhkannya
c. Keutamaan Hikmah-
1) memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam melaksanakan danmembela kebenaran ataupun keadilan,
-
2) menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bekal utama yang terusdikembangkan,
-
3) mampu berkomunikasi denga orang lain dengan beragam pendekatandan bahasan,
-
4) memiliki semangat juang yang tinggi untuk mensyiarkan kebenarandengan beramar makruf nahi munkar,
-
5) senantisa berpikir positif untuk mencari solusi dari semua persoalanyang dihadapi,
-
6) memiliki daya penalaran yang obyektif dan otentik dalam semua bidangkehidupan,
-
7) orang-orang yang dalam perkataan dan perbuatannya senantiasaselaras dengan sunnah Rasulullah
3. Membiasakan Sikap Iffah-
Pengertian ‘IffahSecara etimologis, ‘iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu- ‘iffah yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik, iffah juga berarti kesucian tubuh. Secara terminologis, iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya.Iffah (al-iffah) juga dapat dimaknai sebagai usaha untuk memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, tnah, dan memelihara kehormatan.
-
Iffah dalam Kehidupaniffah hendaklah dilakukan setiap waktu agar tetap berada dalam keadaan kesucian. Hal ini dapat dilakukan dimulai memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan yang buruk. Sedangkan kesucian diri terbagi ke dalam beberapa bagian:a) Kesucian Panca Indra; (QS. An-Nr [24] : 33)
-
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. (QS. An-Nr [24] : 33)b) Kesucian Jasad; (QS. Al-Azb [33] : 59)
-
'' Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: «Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka». yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Azb [33] : 59)c) Kesucian dari Memakan Harta Orang Lain; (QS. An-Nisa [4] : 6)'' Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. ke mudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)''. (QS. An-Nis' [4] : 6)
d). KesucianLisan
Dengan cara tidak berkata menyakitkan orang tua seperti firman Allah Swt.''Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan «ah» dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia'' (QS. Al Isr’ [17] : 23)c. Keutamaan Iffah
Dengan demikian, seorang yang ‘af adalah orang yang
bisa menahan diri dari perkara-perkara yang dihalalkan ataupun diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah:.Artinya; “Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, dan siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).Agar seorang mukmin memiliki sikap iffah, maka harus melakukan usaha-usaha untuk membimbing jiwanya dengan melakukan dua hal berikut:-
1) Memalingkan jiwanya dari ketergantungan kepada makhluk dengan menjaga kehormatan diri sehingga tidak berharap mendapatkan apa yang ada di tangan mereka, hingga ia tidak meminta kepada makhluk, baik secara lisan (lisnul maqal) maupun keadaan (lisanul hl).
-
2) Merasa cukup dengan Allah, percaya dengan pencukupan-Nya. Siapa yang bertawakal kepada Allah, pasti Allah akan mencukupinya. Allah itu mengikuti persangkaan baik hamba-Nya. Bila hamba menyangka baik, ia akan beroleh kebaikan. Sebaliknya, bila ia bersangka selain kebaikan, ia pun akan memperoleh apa yang disangkanya.Untuk mengembangkan sikap ‘iffah ini, maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh seorang muslim untuk menjaga kehormatan diri, di antaranya:-
1) Selalu mengendalikan dan membawa diri agar tetap menegakansunnah Rasulullah,
-
2) Senantiasa mempertimbangkan teman bergaul dengan teman yangjelas akhlaknya,
-
3) Selalau mengontrol diri dalam urusan makan, minum dan berpakaiansecara Islami,
-
4) Selalu menjaga kehalalan makanan, minuman dan rizki yangdiperolehnya,
-
5) Menundukkan pandangan mata (ghadul bashar) dan menjagakemaluannya,
-
6) Tidakkhalwat(berduaan)denganlelakiatauperempuanyangbukanmahramnya,
-
7) Senantiasa menjauh diri dari hal-hal yang dapat mengundang tnah.’Iffah merupakan akhlak paling tinggi dan dicintai Allah Swt.
Oleh sebab itulah sifat ini perlu dilatih sejak anak-anak masih kecil, sehingga memiliki kemampuan dan daya tahan terhadap keinginan- keinginan yang tidak semua harus dituruti karena akan membahayakan saat telah dewasa. Dari sifat ’iffah akan lahir sifat-sifat mulia seperti: sabar, qana’ah, jujur, santun, dan akhlak terpuji lainnya.Ketika sifat ’iffah ini sudah hilang dari dalam diri seseorang, akan membawa pengaruh buruk dalam diri seseorang, akal sehat akan tertutup oleh nafsu syahwatnya, ia sudah tidak mampu lagi membedakan mana yang benar dan salah, mana baik dan buruk, yang halal dan haram.4. Mengembangkan Sikap Syaja’ah-
Pengertian Syaja’ahSecara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya dari kata al-jabn yang berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain itu Syaja’ah (berani) bukanlah semata- mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
-
PenerapanSyaja’ahdalamKehidupanSumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu;
-
1) Rasa takut kepada Allah Swt.
-
2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia,
-
3) Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang
-
4) Tidak menomori satukan kekuatan materi,
-
5) Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah,
Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau -
bahaya ketika mengancam. Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian menentang maka itulah pemberani. Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah pemberani (al-syujja’).Al-syajja’ah (berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf (tidak takut sama sekali)”Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dipahami bahwa berani terhadap sesuatu bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya. Keberanian dinilai dari tindakan yang berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggung jawab dan berdasarkan pertimbangan maslahat.Predikat pemberani bukan hanya diperuntukkan kepada pahlawan yang berjuang di medan perang. Setiap profesi dikategorikan berani apabila mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara bertanggungjawab. Kepala keluarga dikategorikan berani apabila mampu menjalankan tanggungjawabnya secara maksimal, pegawai dikatakan berani apabila mampu menjalankan tugasnya secara baik, dan seterus nya.Keberanian terbagi kepada terpuji(al-mahmudah) dan tercela (al-madzmumah). Keberanian yang terpuji adalah yang mendorong berbuat maksimal dalam setiap peranan yang diemban, dan inilah hakikat pahlawan sejati. Sedangkan berani yang tercela adalah apabila mendorong berbuat tanpa perhitungan dan tidak tepat penggunaannya.Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:-
1) Syaja’ah harbiyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak,misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang.
-
2) Syaja’ah nafsiyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya ataupenderitaan dan menegakkan kebenaran.
Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai berikut:1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan,penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia beradadi jalan Allah.b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapanpenguasa yang zalim.c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuhperhitungan. Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasukdi dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah merupakan bentukkeberanian yang bertanggung jawab.d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifatpengecut yang tidak mau mengakui kesalahan dan mencari kambinghitam, bersikap ”lempar batu sembunyi tangan” Orang yang memiliki sifatsyaja’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersediamengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderungbersikap “over condence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik,hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan.Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate” terhadap dirinya yaknimenganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apa-apa dan tidakmemiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsionaldan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalammengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetapmampu ber–mujahadah li nafsi, melawan nafsu dan amarah.Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannyapadahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskanamarahnya.c. Hikmah syaja’ahDalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara.Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.5. Menegakkan Sikap ’Adalah1. PengertianPengertian adil menurut bahasa adalah sebagai berikut.Meletakkan sesuatu pada tempatnya. Adil juga berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan yang satu dengan yang lain. Berlaku adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban secara seimbang, tidak memihak, dan tidak merugikan pihak mana pun. Adil dapat berarti tidak berat sebelah serta berarti sepatutnya, tidak sewenang-wenang.Jamil Shaliba, penulis kamus Filsafat Arab, mengatakan bahwa, menurut bahasa adil berarti al-Istiqamah yang berarti tetap pada pendirian, sedangkan dalam syari'at adil berarti tetap dalam pendirian dalam mengikuti jalan yang benar serta menjauhi perbuatan yang dilarang serta kemampuan akal dalam menundukkan hawa nafsu. Sebagaimana firrman di bawah ini.'' Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. an-Nal [16] : 902. Bentuk-Bentuk Adila. Adil terhadap Allah, artinya menempatkan Allah pada tempatnya yangbenar, yakni sebagai makhluk Allah dengan teguh melaksanakan apayang diwajibkan kepada kita, Sehingga benar-benar Allah sebagaiTuhan kita.b. Adil terhadap diri sendiri, yaitu menempatkan diri pribadi pada tempatyang baik dan benar. Untuk itu kita harus teguh, kukuh menempatkan dirikita agar tetap terjaga dan terpelihara dalam kebaikan dan keselamatan.Untuk mewujudkan hal tersebut kita harus memenuhi kebutuhan jasmanidan rohani serta menghindari segala perbuatan yang dapatmencelakakan diri.c. Adil terhadap orang lain, yakni menempatkan orang lain pada tempatnyayang sesuai, layak, dan benar. Kita harus memberikan hak orang laindengan jujur dan benar tidak mengurangi sedikitpun hak yang harusditerimanya.d. Adil terhadap makhluk lain, artinya dapat menempatkan makhluk lainpada tempatnya yang sesuai, misalnya adil kepada binatang, harusmenempatkannya pada tempat yang layak menurut kebiasaan binatangtersebut.Kedudukan dan Keutamaan adila. Terciptanya rasa aman dan tentram karena semua telah merasadiperlakukan dengan adil.b. Membentuk pribadi yang melaksanakan kewajiban dengan baikc. Menciptakan kerukunan dan kedamaiand. Keadilan adalah dambaan setiap orang.Alangkah bahagianyaapabilankeadilan bisa ditegakkan demi masyarakat, bangsa dan negara,agar masyarakat merasa tentram dan damai lahir dan batin.e. Begitu mulianya orang yang berbuat adil sehingga Allah tidak akanmenolak doanya. Demikian pula Allah sangat mengasihi orang yangdizalimi (tidak diperlakukan secara adil) sehingga Allah tidak akanmenolak doanya.Kita lanjutkan pada postingan selanjutnya yah…. :) -
-
-
Langganan:
Postingan (Atom)
SEOLAH AMNESIA
Pernah, dia menulis banyak hal Pernah, begitu mudah baginya menemukan ispirasi untuk menuliskan hal yang positif Saat ini Tak akan pernah ...
-
Mata Pelajaran : Akidah AKhlak Madrasah : MAN 1 Mamuju Kelas : XII IIS Kompetensi Dasar : Memahami pengertian dan ...
-
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : MAN Mamuju Kelas / Semeste...
-
Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya. Disepanjang kepulauan Indonesia terdapat banyak sekali kebudayaan. Diantara beberapa kebudayaan...