Senin, 17 April 2017

Peran perempuan dalam pembentukan karakter anak

PERAN PEREMPUAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
Oleh : Hj.Andi Kurnia Muin, S.Pd.I
(Guru MAN Mamuju)


              Disadari bersama, bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, karena itu tanpa kekuatan dan kreativitas, rasanya mustahil perempuan bisa mengolah segalanya menjadi ‘emas’, yakni menghikmahi, mengarifi dan mengelola apa yang hadir dihadapan kita,  sehingga menjadi sesuatu yang bernilai dan bermakna. Sebagaimana dikatakan Emha Ainun Najib dalam Surat Kepada Kanjeng Nabi ‘ menggenggam tanah menjadi emas’.  Dalam ungkapan ini , kita dapat menafsirkan bahwa apapun yang ada didepan kita jika kita olah dengan baik maka itu akan menjadi sesuatu yang sangat berharga.
              Disisi kaum pria, perempuan adalah penegak kokohnya sebuah bangunan, apakah bangunan itu berupa keluarga atau bangunan itu berupa negara. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa perempuan termasuk unsur pendukung kesuksesan  sebuah kepemimpinan.
              Persoalan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting dan strategis, karena ia sangat menentukan nasib sebuah keluarga, kelompok, masyarakat dan bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa diantara ciri masyarakat yang unggul dan menguasai peradaban adalah masyarakat yang memiliki pemimpin yang berwibwa, tegas, adil, dan mampu menghadirkan perubahan kearah yang lebih baik dan yang terpenting lagi adalah adanya pemimpin yang bermoral dan berakhlak mulia.
              Untuk mendapatkan pemimpin yang seperti itu, perlu melakukan berbagai strategi dalam pembinaan anak-anak bangsa sejak dini. Apalagi untuk era seperti sekarang ini, sudah sangat sulit untuk mendapatkan pemimpin dengan ciri-ciri seperti itu. Hal ini memicu kita untuk melakukan suatu strategi untuk merubah dan membentuk kembali karakter anak bangsa yang telah larut dalam polusi pergaulan modern.  Sebuah ayat Al Qur’an dapat dijadikan inspirasi dan motifasi serta semangat untuk merubah dan membentuk karakter dan akhlak anak bangsa yang terdapat pada surah Ar-Ra’d/13:11) : “ Innallaha laa yughayyiru maa bi qaumin hattaa yu ghayyiruu maa bi anfusihim “ atrinya : “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri “
Ayat ini merupakan janji Allah kepada siapa saja yang ingin berusaha menjadi lebih baik maka akan diberikan hasil yang lebih baik pula oleh Allah.
             
              Jika berkaitan dengan anak, maka keluargalah yang memiliki peran penting untuk melakukan pembentukan karakter sejak dini dan mengubah karakter, mental dan akhlak anak kearah yang lebih baik. Keluarga adalah komunitas terkecil dalam struktur masyarakat. Didalamnya ada suami (ayah), istri (ibu) dan anak-anak. Orang tua adalah lingkungan social pertama yang ditemui dalam dunia nyata (‘alam Syahaadah). Apa yang dialami bersama-sama keluarga yang terjadi secara berulang secara perlahan akan diserap menjadi kebiasaan , seperti cara bertutur, bertingkah laku, bersosialisasi dengan manusia lain dan bahkan cara beribadah.
              Keluarga sebagai komunitas pertama yang ditemui seorang anak yang baru lahir akan berfungsi sebagai media transformasi nilai-nilai baik disadari maupun tidak yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan anak itu. Transformasi ini umumnya bersifat informal karena keseluruhan interaksi menjadi ajang pembentukan sikap dan kepribadian dikemudian hari. Itulah sebabnya Rasulullah saw mengingatkan betapa peran orang tua (keluarga) dalam membentuk akidah dan akhlak seorang anak pada awal kehidupannya sangat menentukan.
              Akhir-akhir ini kita sering dikagetkan oleh berita disejumlah media massa yang membuat kita merinding. Seorang anak yang penurut tega menghabisi nyawa ibunya sendiri, seorang anak melakukan pemerkosaan pada teman sekelasnya, seorang remaja sekarat dihakimi warga karena melakukan kasus begal, seorang siswa membuang bayi yang baru dilahirkannya dijalanan dan sejumlah kasus kriminal lain yang melibatkan anak dibawah umur. Otak kita musti bertanya-tanya, bagaimana semua ini bisa terjadi? Pendidikan macam apa yang diberikan orang tua kepada anaknya sehingga lahir manusia pemerkosa, manusia begal, manusia pembunuh dan manusia-manusia biadab yang lain?
              Dalam rangkaian fenomena menyedihkan itu, tampaknya ada yang mesti kita cermati. Ada yang perlu kita telisik lebih dalam. Rasanya ada sesuatu yang salah dibalik rangkaian fakta menyedihkan itu. Kenyataan-kenyataan itu pada akhirnya menyadarkan kita akan peran ibu dalam mendidik dan membentuk karakter anak-anak bangsa. Sebagai seorang ibu, kita harus menyadari bahwa anak itu lahir dengan membawa perilaku-perilaku alami . Perilaku alami ini sangat memungkinkan untuk menjadi apapun sesuai dengan keinginan dunia. Disaat dunia menjadi harum oleh akhlakul karimah, maka disitu akan terbentuk perilaku yang baik. Tetapi disaat dunia goyah dengan perilaku amoral, disaat itu juga perilaku alami itu akan berubah menjadi tak bermoral.
              Dari sini sangat penting bagi orang tua khususnya bagi seorang ibu untuk membentengi anaknya melalui pemberian contoh yang baik dalam perilaku sehari-hari dengan berbagai pendekatan cinta dan akhlakul karimah. Karena ibulah yang selalu berada disamping anaknya sejak lahir sampai beranjak dewasa.  Ada ungkapan yang menyebutkan “ al ummu madrasatul uula’ (ibu adalah sekolah pertama) untuk menunjukkan betapa peran ibu sangat strategis dalam mendidik anak-anaknya diawal kehidupan mereka. Orang yang pertama yang sudah pasti ditemui oleh seorang anak yang lahir kedunia ini adalah ibunya. Karena kita ketahui bersama  bahwa peran seorang ibu selain mengandung, melahirkan dan menyusui, juga berperan untuk merawat dan membesarkan anak. Merawat dan membesarkan anak tidak terbatas pada kebutuhan fisik semata, tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengisi jiwanya dengan akidah yang kokoh dan akhlak yang baik sehingga mampu menjalankan syariat agama dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten, baik yang diklasifikasikan sebagai hablummilallah maupun hablumminannas. Membimbing anak agar memamahami berbagai hal dalam kehidupan, terutama akidah dan akhlak adalah sangat penting. Seperti yang diceritakan dalam Al Qur’an surah Lukman/31: 12-19 tentang bagaimana Luqman kepada anak-anaknya, mencerminkan tanggung jawab orang tua dalam mewujudkan geserasi yang berakidah dan berakhlak mulia.
              Jika keluarga khususnya ibu adalah wadah pendidikan pertama dan utama , maka sekolah adalah wadah pendidikan yang kedua. Keduanya saling melengkapi satu sama lain bagaikan dua sisi mata uang. Jika anak dididik dalam keluarga saja maka ia akan sulit bersosialisasi dengan teman-temannya, dan jika anak hanya dididik disekolah saja, maka ikatan emosi dengan orang tua,    biasanya berkurang sebab tidak ada perhatian.
              Sebagai kesimpulan,  pertama adalah seorang ibu merupakan pembentuk pondasi masa depan anak melalui pembentukan karakter. Baik buruknya karakter anak sangat tergantung pada pendidikan pertama dan utama yang diperoleh dari ibunya. Kedua, kekokohan akidah seorang anak sangat tergantung pada apa yang diajarkan oleh orang tuanya. Ketiga, didalam keluarga ada pendidikan dan didalam pendidikan ada keluarga. Seorang ibu harus bisa menjadi guru bagi anak-anaknya begitu pula sebaliknya, seorang guru harus mampu menjadi orang tua bagi murid-muridnya.  Singkatnya Parenting is teaching, teaching is parenting.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEOLAH AMNESIA

Pernah, dia menulis banyak hal Pernah, begitu mudah baginya menemukan ispirasi  untuk menuliskan hal yang positif Saat ini  Tak akan pernah ...