Senin, 17 April 2017
Peran perempuan dalam pembentukan karakter anak
PERAN PEREMPUAN DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
Oleh : Hj.Andi Kurnia
Muin, S.Pd.I
(Guru MAN Mamuju)
Disadari
bersama, bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, karena itu tanpa kekuatan
dan kreativitas, rasanya mustahil perempuan bisa mengolah segalanya menjadi
‘emas’, yakni menghikmahi, mengarifi dan mengelola apa yang hadir dihadapan
kita, sehingga menjadi sesuatu yang
bernilai dan bermakna. Sebagaimana dikatakan Emha Ainun Najib dalam Surat Kepada Kanjeng Nabi ‘ menggenggam tanah menjadi emas’. Dalam ungkapan ini , kita dapat menafsirkan
bahwa apapun yang ada didepan kita jika kita olah dengan baik maka itu akan
menjadi sesuatu yang sangat berharga.
Disisi
kaum pria, perempuan adalah penegak kokohnya sebuah bangunan, apakah bangunan
itu berupa keluarga atau bangunan itu berupa negara. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa perempuan termasuk unsur pendukung kesuksesan sebuah kepemimpinan.
Persoalan
kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting dan strategis, karena ia
sangat menentukan nasib sebuah keluarga, kelompok, masyarakat dan bangsa.
Sejarah telah membuktikan bahwa diantara ciri masyarakat yang unggul dan
menguasai peradaban adalah masyarakat yang memiliki pemimpin yang berwibwa,
tegas, adil, dan mampu menghadirkan perubahan kearah yang lebih baik dan yang
terpenting lagi adalah adanya pemimpin yang bermoral dan berakhlak mulia.
Untuk
mendapatkan pemimpin yang seperti itu, perlu melakukan berbagai strategi dalam
pembinaan anak-anak bangsa sejak dini. Apalagi untuk era seperti sekarang ini, sudah
sangat sulit untuk mendapatkan pemimpin dengan ciri-ciri seperti itu. Hal ini
memicu kita untuk melakukan suatu strategi untuk merubah dan membentuk kembali
karakter anak bangsa yang telah larut dalam polusi pergaulan modern. Sebuah ayat Al Qur’an dapat dijadikan
inspirasi dan motifasi serta semangat untuk merubah dan membentuk karakter dan
akhlak anak bangsa yang terdapat pada surah Ar-Ra’d/13:11) : “ Innallaha laa yughayyiru maa bi qaumin
hattaa yu ghayyiruu maa bi anfusihim “ atrinya : “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri “
Ayat ini merupakan janji Allah kepada siapa saja yang
ingin berusaha menjadi lebih baik maka akan diberikan hasil yang lebih baik
pula oleh Allah.
Jika
berkaitan dengan anak, maka keluargalah yang memiliki peran penting untuk
melakukan pembentukan karakter sejak dini dan mengubah karakter, mental dan
akhlak anak kearah yang lebih baik. Keluarga adalah komunitas terkecil dalam
struktur masyarakat. Didalamnya ada suami (ayah), istri (ibu) dan anak-anak.
Orang tua adalah lingkungan social pertama yang ditemui dalam dunia nyata
(‘alam Syahaadah). Apa yang dialami bersama-sama keluarga yang terjadi secara
berulang secara perlahan akan diserap menjadi kebiasaan , seperti cara
bertutur, bertingkah laku, bersosialisasi dengan manusia lain dan bahkan cara
beribadah.
Keluarga
sebagai komunitas pertama yang ditemui seorang anak yang baru lahir akan
berfungsi sebagai media transformasi nilai-nilai baik disadari maupun tidak
yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan anak itu.
Transformasi ini umumnya bersifat informal karena keseluruhan interaksi menjadi
ajang pembentukan sikap dan kepribadian dikemudian hari. Itulah sebabnya
Rasulullah saw mengingatkan betapa peran orang tua (keluarga) dalam membentuk
akidah dan akhlak seorang anak pada awal kehidupannya sangat menentukan.
Akhir-akhir
ini kita sering dikagetkan oleh berita disejumlah media massa yang membuat kita
merinding. Seorang anak yang penurut tega menghabisi nyawa ibunya sendiri,
seorang anak melakukan pemerkosaan pada teman sekelasnya, seorang remaja
sekarat dihakimi warga karena melakukan kasus begal, seorang siswa membuang
bayi yang baru dilahirkannya dijalanan dan sejumlah kasus kriminal lain yang
melibatkan anak dibawah umur. Otak kita musti bertanya-tanya, bagaimana semua
ini bisa terjadi? Pendidikan macam apa yang diberikan orang tua kepada anaknya
sehingga lahir manusia pemerkosa, manusia begal, manusia pembunuh dan manusia-manusia
biadab yang lain?
Dalam rangkaian fenomena menyedihkan
itu, tampaknya ada yang mesti kita cermati. Ada yang perlu kita telisik lebih
dalam. Rasanya ada sesuatu yang salah dibalik rangkaian fakta menyedihkan itu.
Kenyataan-kenyataan itu pada akhirnya menyadarkan kita akan peran ibu dalam
mendidik dan membentuk karakter anak-anak bangsa. Sebagai seorang ibu, kita
harus menyadari bahwa anak itu lahir dengan membawa perilaku-perilaku alami .
Perilaku alami ini sangat memungkinkan untuk menjadi apapun sesuai dengan
keinginan dunia. Disaat dunia menjadi harum oleh akhlakul karimah, maka disitu
akan terbentuk perilaku yang baik. Tetapi disaat dunia goyah dengan perilaku
amoral, disaat itu juga perilaku alami itu akan berubah menjadi tak bermoral.
Dari
sini sangat penting bagi orang tua khususnya bagi seorang ibu untuk membentengi
anaknya melalui pemberian contoh yang baik dalam perilaku sehari-hari dengan
berbagai pendekatan cinta dan akhlakul karimah. Karena ibulah yang selalu
berada disamping anaknya sejak lahir sampai beranjak dewasa. Ada ungkapan yang menyebutkan “ al ummu madrasatul uula’ (ibu adalah
sekolah pertama) untuk menunjukkan betapa peran ibu sangat strategis dalam
mendidik anak-anaknya diawal kehidupan mereka. Orang yang pertama yang sudah
pasti ditemui oleh seorang anak yang lahir kedunia ini adalah ibunya. Karena
kita ketahui bersama bahwa peran seorang
ibu selain mengandung, melahirkan dan menyusui, juga berperan untuk merawat dan
membesarkan anak. Merawat dan membesarkan anak tidak terbatas pada kebutuhan
fisik semata, tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengisi jiwanya dengan
akidah yang kokoh dan akhlak yang baik sehingga mampu menjalankan syariat agama
dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten, baik yang diklasifikasikan sebagai
hablummilallah maupun hablumminannas.
Membimbing anak agar memamahami berbagai hal dalam kehidupan, terutama akidah
dan akhlak adalah sangat penting. Seperti yang diceritakan dalam Al Qur’an
surah Lukman/31: 12-19 tentang bagaimana Luqman kepada anak-anaknya,
mencerminkan tanggung jawab orang tua dalam mewujudkan geserasi yang berakidah
dan berakhlak mulia.
Jika
keluarga khususnya ibu adalah wadah pendidikan pertama dan utama , maka sekolah
adalah wadah pendidikan yang kedua. Keduanya saling melengkapi satu sama lain
bagaikan dua sisi mata uang. Jika anak dididik dalam keluarga saja maka ia akan
sulit bersosialisasi dengan teman-temannya, dan jika anak hanya dididik
disekolah saja, maka ikatan emosi dengan orang tua, biasanya berkurang sebab tidak ada
perhatian.
Sebagai kesimpulan, pertama adalah seorang ibu merupakan
pembentuk pondasi masa depan anak melalui pembentukan karakter. Baik buruknya
karakter anak sangat tergantung pada pendidikan pertama dan utama yang
diperoleh dari ibunya. Kedua, kekokohan
akidah seorang anak sangat tergantung pada apa yang diajarkan oleh orang tuanya.
Ketiga, didalam keluarga ada
pendidikan dan didalam pendidikan ada keluarga. Seorang ibu harus bisa menjadi
guru bagi anak-anaknya begitu pula sebaliknya, seorang guru harus mampu menjadi
orang tua bagi murid-muridnya.
Singkatnya Parenting is teaching,
teaching is parenting.
Minggu, 16 April 2017
KONSEP/NASKAH TARI MAPPATAMMA’
A. TEMA
Tema tarian ini adalah “ Tari Kreasi Tradisional Nuansa Islami “
B. JUDUL
Tarian ini kami beri judul “ TARI MAPPATAMMA”.
C. PELAKU
Kepala MAN Mamuju : Dra.Wahdia
Prodiksi : Sanggar Kresni Al Nahdlah Kab.Mamuju
Pimpinan : Hj.Andi Kurnia Muin
Penata Tari : Hj.Andi Kurnia Muin
Penata Musik : Hj.Andi Kurnia Muin
Pemusik :Teguh Darmawan
Muhammad Qadri
Nursalam
Penata Busana : Hj.Andi Kurnia Muin
Penari : Muhammad Arbain,
Muhammad Wandi,
Nukman,
Mansur,
Khaeruddin
D. GAGASAN DASAR PENCIPTA
Mappatamma adalah salah satu budaya Mandar yang dilakukan ketika seorang anak telah selesai membaca Al Qur’an sebanyak 30 jus atau khatam Al Qur’an.
Dalam konteks masyarakat Mandar, mappatamma` memiliki makna budaya yang tinggi, karena selain upacara adat kerajaan/bagi bangsawan, tidak ada satupun acara yang mendapat penghargaan menungggang kuda patuddu` selain mappatamma`.
Disisi lain, hal ini juga merupakan apresiasi tinggi terhadap perjuangan anak mereka dalam mengaji Al-Quran. Mulai dari ma`lefu (mengeja/membaca huruf hijaiyah dalam bentuk kata-kata pendek), membaca Qoroan keccu` (Al-Quran kecil/ juz amma) sampai membaca Qoroan kayyang (Al-Quran besar 30 juz).
Dalam rangkaian kegiatan ini, ada beberapa hal yang merupakan rangkaian ritualnya yaitu ritual mappaccing kemudian mandarras dan diakhiri dengan massayyang. Ritual-ritual itu bukan bukan hanya sekedar ritual tetapi ada makna simbolis dan hikmah yang tertuang di dalammya.
1. Mappaccing
Mappaccing menurut bahasa mandar artinya bersih.
Pada kebudayaan Mandar , mappacci/mappaccing merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk membersihkan segala sesuatu. Mappaccing lebih dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu syarat yang wajib dilakukan oleh mempelai perempuan, terkadang sehari, sebelum pesta walimah pernikahan. Sama halnya dengan anak yang akan dikhatam, mappaccing ini pun menjadi syarat wajib sebelum melakukan prosesi khatam yang dilakukan sehari sebelum khatam atau sesaat sebelum khatam. Biasanya, acara mappaccing dihadiri oleh segenap keluarga untuk meramaikan prosesi yang sudah menjadi turun temurun ini. Dalam prosesi mappaccing, terlebih dahulu pihak keluarga melengkapi segala peralatan yang harus dipenuhi, seperti; Pacci (biasanya berasal dari tanah arab, namun ada pula yang berasal dari dalam negeri), daun kelapa, daun pisang, bantal, sarung sutera, lilin, dll. Tujuan dari mappacci adalah untuk membersihkan jiwa dan raga seorang anak agar hidupnya senantiasa bersih dan suci agar isi dari Al qur’an mudah untuk diimplementasikan dalam kehidupannya.
2. Mattamma/mandarras baca
Prosesi mappatamma` dimulai pagi hari di Masjid, didahului dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dan massikir (barzanji), meskipun biasanya acara ini juga dilakukan oleh sang pemilik hajat dirumahnya masing-masing pada malam harinya. Setelah itu dilakukan marratasi baca (mempertemukan bacaan) antara totamma` dengan sang guru ngaji. Setelah mengaji anak tersebut melakukan sungkem atau bersalaman kepada guru mengajinya sebagai bentuk penghormatan mereka kepada sang guru (annang guru)
3. Massayyang Pattu’du
Sayyang pattu’du artinya kuda menari. Ritual ini dilakukan setelah ritual mattamma/mandarras baca.
Totamma` berkumpul dan duduk di atas tunggangan kudanya masing-masing, namun sebelum duduk dikuda, totamma harus berdiri tegak dulu diatas. Kemudian diarak keliling kampung biasanya rute arak-arakan tersebut dimulai dari masjid kemudian dilanjutkan dengan mengelili kampung. Dalam situasi seperti ini kuda patuddu tidak henti-hentinya mempertontonkan kebolehannya dalam menari, irama rebana saling bersahutan, tak jarang pemain rebana pun shalawatan. Belum lagi, pakalinda`da` (orang yang melantunkan pantun Mandar) menunjukkan kebolehannya merangkai kata dan bahasa yang berisi pesan-pesan agama, atau bahkan kalinda`da` jenaka yang semakin menghidupkan suasana.
E. SINOPSIS , DURASI DAN POLA LANTAI
SINOPSIS
Tari ‘Mappatamma’ merupakan tari kreasi baru yang diangkat dari tari tradisi yang berkembang di Sulawesi Barat. Tarian ini menggambarkan tradisi budaya Mandar disaat anak telah selesai membaca 30 jus Al qur’an yang biasa disebut mappatamma. Anak yang khatam qur’an akan melalui bebrapa ritual, diantaranya adalah Mappaccing, mandarras kemudian diakhiri dengan Massayyang pattu’du atau kuda penari.
Hal ini melambangkan kekuatan jiwa religious masyarakat sulbar yang sangat menjunjung tinggi budaya keagamaan.
Tarian ini dipertunjukkan dengan diiringi musik tradisional, seperti genderang, calo dan suling, alat music modern yaitu gitar serta alunan vokal yang melantunkan syair-syair pantun mandar yang biasa disebut kalindakdak .
DURASI
Tarian ini berdurasi 5 menit sesuai dengan persyaratan lomba
Sabtu, 15 April 2017
file://localhost/Users/syamsul/Documents/02.%20LAIN-LAIN/naskah%20tari%20mattamma/KONSEP%20TARI%20MAPPATAMMA’%202.docx
KONSEP/NASKAH TARI MAPPATAMMA’
A.
TEMA
Tema tarian ini adalah “ Tari Kreasi
Tradisional Nuansa Islami “
B.
JUDUL
Tarian ini kami beri judul “ TARI MAPPATAMMA”.
C. PELAKU
Kepala
MAN Mamuju : Dra.Wahdia
Prodiksi : Sanggar Kresni Al Nahdlah Kab.Mamuju
Pimpinan
: Hj.Andi Kurnia Muin
Penata
Tari : Hj.Andi Kurnia Muin
Penata
Musik :
Hj.Andi Kurnia Muin
Pemusik :Teguh Darmawan
Muhammad
Qadri
Nursalam
Penata
Busana : Hj.Andi Kurnia Muin
Penari
: Muhammad Arbain,
Muhammad
Wandi,
Nukman,
Mansur,
Khaeruddin
D. GAGASAN DASAR PENCIPTA
Mappatamma
adalah salah satu budaya Mandar yang dilakukan ketika seorang anak telah
selesai membaca Al Qur’an sebanyak 30 jus atau khatam Al Qur’an.
Dalam konteks masyarakat Mandar, mappatamma`
memiliki makna budaya yang tinggi, karena selain upacara adat kerajaan/bagi
bangsawan, tidak ada satupun acara yang mendapat penghargaan menungggang
kuda patuddu` selain mappatamma`.
Disisi lain,
hal ini juga merupakan apresiasi tinggi terhadap perjuangan anak mereka dalam
mengaji Al-Quran. Mulai dari ma`lefu (mengeja/membaca huruf hijaiyah dalam
bentuk kata-kata pendek), membaca Qoroan keccu` (Al-Quran kecil/ juz amma)
sampai membaca Qoroan kayyang (Al-Quran besar 30 juz).
Dalam
rangkaian kegiatan ini, ada beberapa hal yang merupakan rangkaian ritualnya
yaitu ritual mappaccing kemudian mandarras dan diakhiri dengan massayyang.
Ritual-ritual itu bukan bukan hanya sekedar ritual tetapi ada makna
simbolis dan hikmah yang tertuang di
dalammya.
1. Mappaccing
Mappaccing
menurut bahasa mandar artinya bersih.
Pada kebudayaan Mandar ,
mappacci/mappaccing merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk membersihkan
segala sesuatu. Mappaccing lebih dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu
syarat yang wajib dilakukan oleh mempelai perempuan, terkadang sehari, sebelum
pesta walimah pernikahan. Sama halnya dengan anak yang akan dikhatam,
mappaccing ini pun menjadi syarat wajib sebelum melakukan prosesi khatam yang
dilakukan sehari sebelum khatam atau sesaat sebelum khatam. Biasanya, acara
mappaccing dihadiri oleh segenap keluarga untuk meramaikan prosesi yang sudah
menjadi turun temurun ini. Dalam prosesi mappaccing, terlebih dahulu pihak
keluarga melengkapi segala peralatan yang harus dipenuhi, seperti; Pacci
(biasanya berasal dari tanah arab, namun ada pula yang berasal dari dalam
negeri), daun kelapa, daun pisang, bantal, sarung sutera, lilin, dll. Tujuan
dari mappacci adalah untuk membersihkan jiwa dan raga seorang anak agar
hidupnya senantiasa bersih dan suci agar isi dari Al qur’an mudah untuk
diimplementasikan dalam kehidupannya.
2. Mattamma/mandarras baca
Prosesi mappatamma`
dimulai pagi hari di Masjid, didahului dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dan
massikir (barzanji), meskipun biasanya acara ini juga dilakukan oleh sang
pemilik hajat dirumahnya masing-masing pada malam harinya. Setelah itu
dilakukan marratasi baca (mempertemukan bacaan) antara totamma` dengan sang
guru ngaji. Setelah mengaji anak tersebut melakukan sungkem atau bersalaman
kepada guru mengajinya sebagai bentuk
penghormatan mereka kepada sang guru (annang guru)
3. Massayyang Pattu’du
Sayyang pattu’du artinya
kuda menari. Ritual ini dilakukan setelah ritual mattamma/mandarras baca.
Totamma` berkumpul dan
duduk di atas tunggangan kudanya masing-masing, namun sebelum duduk dikuda,
totamma harus berdiri tegak dulu diatas. Kemudian diarak keliling kampung
biasanya rute arak-arakan tersebut dimulai dari masjid kemudian dilanjutkan
dengan mengelili kampung. Dalam situasi seperti ini kuda patuddu tidak
henti-hentinya mempertontonkan kebolehannya dalam menari, irama rebana saling
bersahutan, tak jarang pemain rebana pun shalawatan. Belum lagi, pakalinda`da`
(orang yang melantunkan pantun Mandar) menunjukkan kebolehannya merangkai kata
dan bahasa yang berisi pesan-pesan agama, atau bahkan kalinda`da` jenaka yang
semakin menghidupkan suasana.
E. SINOPSIS
, DURASI DAN POLA LANTAI
SINOPSIS
Tari
‘Mappatamma’ merupakan tari kreasi baru yang diangkat dari tari tradisi yang
berkembang di Sulawesi Barat. Tarian ini
menggambarkan tradisi budaya Mandar disaat anak telah selesai membaca 30 jus Al
qur’an yang biasa disebut mappatamma. Anak yang khatam qur’an akan melalui
bebrapa ritual, diantaranya adalah Mappaccing, mandarras kemudian diakhiri
dengan Massayyang pattu’du atau kuda penari.
Hal ini melambangkan kekuatan jiwa religious masyarakat sulbar yang
sangat menjunjung tinggi budaya keagamaan.
Tarian ini dipertunjukkan dengan diiringi musik tradisional,
seperti genderang, calo dan suling, alat music modern yaitu gitar serta alunan
vokal yang melantunkan syair-syair pantun mandar yang biasa disebut kalindakdak
.
DURASI
Tarian ini berdurasi 5 menit sesuai dengan
persyaratan lomba
POLA LANTAI
NO
|
POLA LANTAI
|
KETERANGAN
|
HITUNGAN
|
1
|
|
Penari masuk dari 3
arah. 2 penari masuk dari kanan, 2 penari masuk dari kiri dan 1 penari masuk
dari tengah. Membentuk 2 baris. 2 orang di depan dan 3 orang di belakang
|
3 x 8
|
2.
|
|
Semua penari melangkah
perlahan kekanan dengan posisi lengan terbuka .
Kemudian kembali
melangkah kekiri dengan posisi lengan berlawanan dari gerakan sebelumnya
|
1 x 8
1 x 8
|
3
|
|
Semua penari berputar
360 derajat kemudian membentuk garis lurus vertical.
Penari melakukan
gerakan cancer yang merupakan gerak dasar tari yang berasal dari kabupaten
mamuju (gerak dasar tari kalumpang) secara berselang seling kekiri dan
kekanan
|
1 x 8
2 x 8
|
4.
|
|
Penari melakukan
gerakan melangkah cepat , hitungan 1x4 kedepan 1x4 kebelakang dengan
pergerakan kedepan. Dengan gerakan pergereakan yang sama penari melakukannya
dengan arah serong kiri lalu serong kanan
|
3 x 8
|
5.
|
|
Penari bergerak
melangkah cepat mengitari panggung dan mempentuk posisi saling membelakang, 2
penari berada disisi kiri panggung dan 3 lainnya disisi kanan panggung.
Pada posisi ini 3
penari di sisi kanan panggung mengambil property mappaccing lalu membawanya
ke hadapan 2 penari di sisi kiri panggung.
Setelah pembawa pappaccingan
tiba dihadapan 2 penari, pada hitungan ke 2 dua terakhhir keduanya berpotar
360 derajat sehingga mereka berhadapan. Dan ke 3 penari kembali kesisi kanan
panggung lalu duduk secara bersamaan
|
|
6.
|
|
Secara bergantian,
penari merah dan biru muda maju kehadapan penari kuning untuk melakukan
ritual mappaccing .
Penari berdiri lalu
bergeser membentuk posisi seperti gbr no 7
|
|
7.
|
|
Penari saling memegang
pundak dengan gerakan maju pada hitungan 1 x 4 pertama dan mundur pada
hitungan 1 x 4 ke dua.
Untuk hitungan 1 x 8
selanjutnya, penari mengambil ancang-ancang duduk .
|
|
8.
|
|
Dalam posisi duduk 4
penari menghadap kebelakang dan 1 penari yang paling depan menghadap kedepan
untuk melakukan ritual mandarras baca.
Pada gerakan ini,
penari bari pertama merentangkan tangan lalu mengayun perlahan kedepan
kemudian mengangkat tangan seperti berdoa lalu dengan tangan kanan mengankat
jari telunjuk keatas sebagai symbol untuk mengambil berkah Allah dari Al
qur’an. Gerakan ini bersumber dari gerakan para sufi ketika berzikir
mendekatkan diri kepada Allah.
|
|
9.
|
|
Masih sama dengan gerakan penari pada baris pertama, baris
kedua mengikuti gerakan tersebut setelah menghadap kedepan dilanjukan oleh
penari pada baris ke tiga .
|
|
10.
|
|
Penari kemudian berdiri lalu mengambil gerakan maju pada
hitungan 1x4 pertama lalu mundur pada hitungan 1 x 4 berikutnya.
|
|
11.
|
|
Pada gerakan ini penari saling bergeser untuk mengambil
posisi di tempat penari yang lain
Pada posisi ini penari melakukan gerakan yang diadopsi
dari gerkan silat.
Setelah itu penari membentuk posisi seperti pada gambar 12
|
|
12.
|
|
Pada posisi ini, penari menirukan gaya massayyang. Dimana
penari biru tua selaku kuda, penari
kuning selaku to massayyang (totamma’), penari hijau, biru muda dan merah
selaku pissawe.
|
|
13.
|
|
Penari melakukan gerakan maju pada hitungan 1x4 pertama
lalu mundur pada hitungan 1 x 4 berikutnya dengan tempo lambat kemudian
bergereak lagi dengan tempo cepat.
|
|
14.
|
|
Penari meninggalkan panggung dengan dua arah. Seperti pada gambar 14. Dengan mengambil
gerak darasr tarian dari Kabupaten Mamasa
|
|
E.
KETERANGAN GAMBAR
è
AHMAD WANDI
è NUKMAN
è KHAERUDDIN
èMUHAMMAD
ARBAIN
è
MANSUR
è
POSISI HADAP
è Arah penari
F. PENUTUP
Demikian konsep karya tari yang
berjudul Mappatamma ini, yang disusunsebagai salah satu persyarata lomba cipta
tari krasi tradisional bernuansa islami yang diselenggarakan oleh Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, sebagai upaya untuk melestarikan
budaya Islam di Sulawesi Barat . Akhir kata, slaku pemimpin sanggar Kresni Al
Nahdlah Kab. Mamuju, kami berharap agar karya ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan bermanfaat siswa pada khususnya.
Langganan:
Postingan (Atom)
SEOLAH AMNESIA
Pernah, dia menulis banyak hal Pernah, begitu mudah baginya menemukan ispirasi untuk menuliskan hal yang positif Saat ini Tak akan pernah ...
-
Mata Pelajaran : Akidah AKhlak Madrasah : MAN 1 Mamuju Kelas : XII IIS Kompetensi Dasar : Memahami pengertian dan ...
-
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : MAN Mamuju Kelas / Semeste...
-
Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya. Disepanjang kepulauan Indonesia terdapat banyak sekali kebudayaan. Diantara beberapa kebudayaan...